Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah didesak untuk segera menambah pasokan kedelai dalam negeri dari impor karena harga di tingkat perajin sudah melonjak hingga level Rp8.700 per kilogram.
Ketua Gabungan Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Gakopti) Aip Syarifudin mengatakan hingga saat ini harga kedelai di tingkat perajin sudah berada pada level Rp8.700 per kilogram. Angka ini jauh melebihi target pemerintah sesuai Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 37/2013 Pasal 2 tentang Harga Jual Perajin (HJP) kedelai yang ditetapkan sebesar Rp7.700 per kilogram yang berlaku hingga 31 Agustus 2013.
“Saat ini perajin tempe dan tahu sudah menjerit. Harga kedelai menanjak dari Rp7.700 per kilogram pada bulan lalu menjadi Rp8.700 per kilogram sat ini. Kami meminta pemerintah segera bertindak,” kata Aip kepada Bisnis di Jakarta, Selasa (20/8/2013).
Kenaikan harga ini bisa mengganggu produksi tempe dan tahu para perajin. Bahkan, jika kenaikan harga ini tidak segera diantisipasi oleh pemerintah usaha perajin yang rata-rata berskala kecil berpotensi setop operasi.
Dia berpendapat kenaikan harga ini dipicu oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan kedelai nasional. Perajin tahu dan tempe membutuhkan setidaknya 132.000 ton per bulan atau 1,6 juta ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri hanya mencapai 600.000 ton.
Aip memaparkan produksi kedelai di beberapa sentra penghasil kedelai seperti di Kulon Progo dan Sampang menurun. Pihaknya meragukan panen raya yang akan terjadi di Aceh bisa menghasilkan hingga 20.000 ton.
Impor, katanya, menjadi satu-satunya solusi jangka pendek untuk menambal pasokan kedelai dalam negeri.