Bisnis.com, JAKARTA - Industri pengolahan hasil sampingan (by-product) sektor perikanan diklaim tumbuh dengan pesat, namun teknologi dan pasarnya masih perlu terus dikembangkan.
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Saut P. Hutagalung mengatakan industri perikanan di Tanah Air tengah berkembang menuju industri pengolahan hasil perikanan. Namun, perkembangan industri pengalengan ikan, serta pengolahan udang, kepiting, dan tuna menyisakan hasil sampingan berupa limbah a.l. tulang, kepala, kulit, dan limbah cair.
Sayangnya limbah tersebut belum banyak dimanfaatkan. Padahal limbah dari suatu proses produksi perikanan bisa menjadi input produksi pengolahan hasil sampingan dan memberikan tambahan pendapatan bagi industri.
"Selama 2-3 tahun terakhir, usaha pengolahan hasil sampingan perikanan berkembang pesat," ujar Saut dalam keterangan pers yang diterima Bisnis, Minggu (11/8/2013).
Saut memaparkan pemanfaatan limbah industri pengalengan ikan sangat berkembang di Jawa Timur. Di provinsi tersebut terdapat 25 industri pengolahan tepung ikan yang memanfaatkan limbah seperti tulang, kepala, dan ekor ikan. Limbah tersebut berasal dari industri pengalengan ikan dengan kapasitas 2 ton- 50 ton bahan baku per hari.
"Selain jadi tepung ikan, sebagian limbah sisa tulang juga diolah jadi pupuk. Tercatat ada 6 usaha pengolahan pupuk di Jawa Timur," imbuhnya.
Industri pengolahan minyak ikan juga mulai berkembang. Saat ini, lanjutnya, terdapat 9 usaha pengolahan minyak ikan di Jawa Timur dengan kapasitas 1 ton-15 ton minyak ikan per bulan.
Pengolahan hasil sampingan industri fillet ikan nila juga dinilai Saut berkembang dengan pesat. Bahkan komoditas ini dapat dimanfaatkan hingga nyaris tanpa limbah.
Saat ini terdapat 2 industri fillet ikan nila yang terintegrasi dengan pengolahan hasil sampingan di Sumatera Utara dan Jawa Tengah.
Limbah yang diolah tidak hanya tulang dan kepala ikan nila, tetapi juga kulit, isi perut, ekor, bahkan sisik dan limbah cair. Kulit ikan nila diekspor untuk diolah menjadi dompet dan tas kulit, sedangkan isi perutnya diekspor untuk diolah menjadi kolagen yang dimanfaatkan di industri kosmetik.
Saut mengungkapkan industri pengolahan hasil sampingan udang juga berkembang mengikuti pertumbuhan usaha budidaya udang. Limbah berupa kepala, kulit dan ekor udang serta cangkang rajungan/kepiting diolah menjadi chitin dan chitosan untuk berbagai aplikasi industri.