Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan Industri manufaktur bisa 6,5% meskipun target pertumbuhan ekonomi kembali dikoreksi menjadi tidak kurang dari 6%, setelah sebelumnya dikoreksi menjadi 6,2%
Menteri Perindustrian M.S Hidayat optimistis pertumbuhan industri manufaktur tetap bisa mencapai angka 6,5% seperti yang sudah pihaknya tergetkan.
Untuk pertumbuhan ekonomi sendiri, pemerintah bertekad untuk bisa menjaganya pada angka 6%-6,3%. Hal ini disepakati oleh lima menteri dan Bank Indonesia usai berdiskusi mengenai berbagai hal terkait kondisi ekonomi saat ini.
“Kami mereview inflation rate, perlambatan pertumbuhan yang sekarang ditargetkan tidak kurang dari 6%. Sekarang ini berdasarkan perspektif exchange rate sudah 6%,” ujar Hidayat di Kantor Kemenperin, Kamis (25/7/2013).
Cara yang akan dilakukan untuk mencapai target pertumbuhan industri manufaktur sekitar 6,5% dengan mendorong investasi, konsumsi domestik, dan ekspor.
Menurutnya, ekspor memang sedang menurun, tetapi hanya untuk ekspor bahan komoditas.
Adapun ekspor hasil industri, khususnya untuk barang-barang labour intensif, pihaknya optimistis ekspor akan meningkat. “Saya optimis, ekspor industri di luar bahan baku marketnya meningkat.”
Selain itu, lanjutnya, pihaknya akan mengawal investasi-investasi yang bernilai besar, tetapi sangat tinggi impornya. Misalnya saja industri petrokimia, industri baja dan logam. Impor masing-masing industri tersebut rata-rata Rp9 miliar.
“Saya optimis apabila seluruh yang saya lakukan ini dikawal oleh berbagai pihak agar investasi jalan,” tegasnya.
Seperti diketahui, awalnya pemerintah menargetkan pertumbuhan industri manufaktur tahun ini mencapai 7,14 %, lebih tinggi 5,7 % dari realisasi tahun lalu sebesar 6,75%. Pada kuartal I 2013, pertumbuhan industri mencapai 6,69 %, atau meningkat 10 % dibandingkan dengan kuartal I 2012 yang sebesar 6,13 %. Namun, melihat realitas yang ada, Hidayat mengoreksi target pertumbuhan industri manufaktur tahun ini menjadi 6,5%.