Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek Lippo Group Belum Dapat Approve dari Pemerintah China

Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah mengoreksi nilai kerjasama perjanjian joint agreement antara Indonesia dengan China menjadi US$28,2 miliar dari US$32,8 miliar. Ternyata, dua perusahaan milik Lippo Group terlambat proses administrasi sehingga tidak bisa

Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah mengoreksi nilai kerjasama perjanjian joint agreement antara Indonesia dengan China menjadi US$28,2 miliar dari US$32,8 miliar. Ternyata, dua perusahaan milik Lippo Group terlambat proses administrasi sehingga tidak bisa mengikuti joint agreement dihadapan kedua kepala negara.

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan sebelumnya akan ada 23 perjanjian kerjasama yang akan ditandatangani pada 3 Oktober 2013. Namun ternyata, hanya 21 perjanjian yang ditandatangani. Pasalnya, penandatangan kerjasama dua perusahaan milik Lippo Group tidak jadi diteken lantaran terlambat proses administrasi.

“Untuk bisa ditandatangani hari ini harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah Indonesia dan pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Namun, karena administrasi telat, pemerintah sana (RRT) belum menyetujui,” kata Hidayat sebelum acara Indonesia-China Business Luncheon di Jakarta, Rabu (3/10/2013).

Adapun dua investasi tersebut merupakan investasi pembangunan pabrik smelter zinc dan cooper di Cirebon dengan investasi sekitar US$1 miliar serta pembangunan pabrik gasifikasi batubara menjadi polipropilena dengan nilai sekitar US$2,5 miliar. “Tidak ada kerugian, tapi jadinya nanti mereka akan tandatangani sendiri,” jelas Hidayat.

 Founder and Chairman Lippo Group Mochtar Riady membenarkan dua perusahaan milik Lippo Group yang rencananya akan ditandatangani hari ini tertunda. Dia juga belum mengetahui kapan perjanjian kerjasama tersebut akan diteken. “Masih belum. Yang gasifikasi batubara dengan Shenhua,” katanya ketika dikonfirmasi dalam kesempatan terpisah.

 Hidayat mengatakan dari 21 perjanjian kerjasama tersbeut, nilai investasi paling besar berasal dari PT Indika Energy dengan China Railway Group Limited dan Export-Import bank of China senilai US$6 miliar.  “Mereka mau buat infrastruktur di Papua dan Kalimantan,” tambahnya.

 Secara keseluruhan, kedua negara sepakat akan bekerja sama meningkatkan kerja sama bisnis di bidang mineral (down stream), pulp and paper, telekomunikasi, sektor perumahan, perkeretaapian, transportasi, infrastruktur, semen, kawasan industri, dan Bandung dan Jakarta Monorail.

 Berdasarkan data Kemenperin, nilai investasi China ke Indonesia pada 2012 senilai US$141 juta dengan 190 proyek atau naik 9,9% dibandingkan tahun 2011 yang senilai US$128,2 juta dengan 160 proyek. Sedangkan, realisasi investasi China ke Indonesia pada kuartal I/2013 sudah senilai US$60,2 juta dengan 99 proyek. Diharapkan, dengan adanya investasi China ke Indonesia, nilai tersebut bisa terus meningkat.

 Adapun nilai ekspor non migas Indonesia ke China pada periode Januari-Juni 2013 mencapai US$10,09 miliar. Nilai ekspor tersebut memiliki porsi 13,5% dari total ekspor non migas yang mencapai US$74,77 miliar. Sedangkan nilai impor non migas Indonesia dari China senilai US$14,42 miliar sepanjang Januari-Juni 2013. Nilai impor tersebut memiliki porsi 19,96% dari total impor non migas Indonesia yang mencapai US$72,25 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper