Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertanian Organik: Lamban, Petani Sumsel Pilih Produk Kimiawi

Bisnis.com, PALEMBANG – Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Sumsel menilai perkembangan pertanian organik di Sumsel lambat, karena harga jual hasil pertanian itu kurang menarik sehingga petani lebih memilih mengembangkan produknya secara kimiawi.Kepala

Bisnis.com, PALEMBANG – Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Sumsel menilai perkembangan pertanian organik di Sumsel lambat, karena harga jual hasil pertanian itu kurang menarik sehingga petani lebih memilih mengembangkan produknya secara kimiawi.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Sumsel Taufik Gunawan mengatakan  sebetulnya secara edukasi, petani di Sumsel sudah memahami manfaat pertanian yang dikembangkan secara organik.

“Akan tetapi sayangnya pasar produk organik di Sumsel belum mendukung petani. Harga jualnya masih rendah sehingga petani memilih yang konvensional karena harganya tidak terlalu berbeda dan biaya produksinya lebih murah,” katanya, Senin (22/7/2013).

Menurutnya, harga jual  produk organik, seperti sayuran di Sumsel hanya selisih tipis dengan sayuran kimiawi. Berbeda dengan harga jual di Pulau Jawa yang bisa berbeda bahkan di atas 100% dibanding sayuran yang menggunakan bahan kimiawi.

Oleh karena itu mayoritas petani Sumsel membidik pasar di Pulau Jawa untuk penjualan hasil pertanian organik.

“Sebetulnya petani di Sumsel sudah tahu manfaat jangka panjang jika tanamannya bebas pestisida tetapi jika harganya rendah petani lebih tergoda dengan yang berbahan kimia,” katanya.

Untuk saat ini, komoditas tanaman pangan yang sudah cukup banyak mengadopsi pertanian organik adalah komoditas padi, terutama yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, salah satu sentra penghasil padi di provinsi itu.

Taufik menjelaskan, keuntungan utama yang didapat petani yang menggunakan pola tanaman organik terletak pada kualitas tanaman dan juga lahan yang akan selalu stabil setiap waktunya.

Kendala lain untuk pengembangan sistem ini adalah waktu kerja yang lebih lama karena tidak diatasi dengan menggunakan bahan kimia.

“Jika ada hama, ulat misalnya, harus diambil secara manual dan perlu diperiksa di seluruh kebun, kalau kimia gampang kan tinggal semprot saja semuanya,”katanya.

Pengamat Pertanian dari Universitas IBA Palembang Karlin Agustina menambahkan pertanian organik seharusnya dapat menjadi solusi peningkatan pertanian di Sumsel. Pasalnya masih banyak areal yang kurang signifikan untuk mendukung produksi pertanian.

“Sekarang kami sedang kembangkan teknologi nano untuk tanaman pertanian, kami  harapkan melalui teknologi ini, areal sawah pasang surut dan juga lahan pasca tambang yang secara potensi tanaman untuk tumbuh terbilang sulit terlebih jika menggunakan pertanian kimia bisa teratasi,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dinda Wulandari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper