Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perindustrian M.S Hidayat menyatakan persoalan lahan yang menghambat investasi dari Honam Petrochemical Corporation sudah bisa terselesaikan.
“Sekarang tinggal perundingan business to business (B toB), harga, dan sebagainya,” kata Hidayat di kantor Kemenperin, Kamis (18/7/2013). Adapun lahan yang diperoleh sekitar 55-60 hektare.
Selanjutnya, Honam membutuhkan waktu sekitar 6-8 bulan untuk mempersiapkan konstruksi.
Direktur Industri Kimia Dasar Kementerian Perindustrian Tony Tanduk mengatakan dari sekitar 90 hektar-100 hektar lahan yang diinginkan, sudah diperoleh sekitar 55 hektar. “Dari PT Krakatau Steel sudah setuju. Ini diselesaikan melalui rapat umum pemegang saham (RUPA),” kata Tony.
Seeblumnya, realisasi investasi Honam memang terkendala masalah lahan cukup lama. Namun, lantaran rencana investasi kompleks industri petrokimia tersebut jadi andalan Indonesia untuk menekan impor bahan kimia, maka Hidayat dengan keras memperjuangkannya.
Honam, berencana membangun kompleks industri petrokimia terintegrasi dengan nilai investasi mencapai US$5 miliar. Pembangunan pusat produksi Honam direncanakan selesai 2—3 tahun setelah dimulainya proses pembangunan. Sebelumnya, proses konstruksi ditargetkan mulai kuartal I tahun ini. Namun tertunda karena persoalan lahan.
Kompleks industri tersebut rencananya akan memproduksi propilena dan etilena yang kemudian diolah menjadi polipropilena, polietilena, butadiene, mono ethylene glycol, mixed C4 dan pygas.