Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DANA REKSA: BI Rate Sebaiknya Tidak Naik

Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia disarankan tidak menaikkan suku bunga acuan [BI Rate] kendati laju inflasi diperkirakan akan melaju cukup tinggi.

Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia disarankan tidak menaikkan suku bunga acuan [BI Rate] kendati laju inflasi diperkirakan akan melaju cukup tinggi.

Purbaya Yudhi Sadewa, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, mengatakan kenaikan BI Rate memang menjadi langkah konservatif untuk mengendalikan laju inflasi.

Namun, dia menilai langkah tersebut kurang tepat karena lonjakan inflasi kali ini tidak disebabkan oleh adanya lonjakan di sisi permintaan [demand pull inflation].

Dia menjelaskan kenaikan harga barang disebabkan karena adanya kenaikan harga produksi akibat inflasi di sisi harga diatur pemerintah, a.l. kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan tarif dasar listrik (TDL).

“Inflasi sekarang itu bukan dari demand pull inflation, tetapi dari sisi cost production-nya. Kenaikan BI Rate malah akan menyulitkan sisi investasi. Langkah ini relevan kalau inflasi dikarenakan bubble konsumsi,” ujarnya di Kemenko, Selasa (9/7).

Selain itu, lanjutnya, kenaikan BI Rate juga dinilai tidak memberikan dampak yang berarti terhadap penguatan kurs rupiah yang sampai saat ini masih menunjukkan tren pelemahan.

Kendati demikian, dia memperkirakan Bank Indonesia masih tetap akan menaikkan BI Rate ke depannya. “Perkiraan saya, BI masih akan menaikkan BI Rate sampai 50 basis poin, tetapi secara bertahap kenaikannya per 25 basis poin,” ujarnya.

Purbaya menuturkan kenaikan BI Rate akan menekan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain adanya pengetatan ekonomi dalam negeri akibat kenaikan BI Rate, lanjutnya, kinerja pertumbuhan ekonomi juga masih diperparah dengan situasi perekonomian dunia yang belum pulih.

Seperti diketahui, pada 13 Juni lalu, Bank Indonesia menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6% dari 5,75%.

Di masa lalu, terutama saat krisis ekonomi 1997/1998, kenaikan suku bunga selalu dipakai oleh pembuat kebijakan moneter yang bermazab ortodox sebagai cara untuk meredam inflasi.

Sebaliknya, sejak beberapa tahun terakhir, Bank Indonesia mulai menerapkan pendekatan unortodox dalam mengelola moneter, dan tidak serta merta menaikkan suku bunga dalam menjaga inflation targetting. 

Pendekatan ortodox itu umumnya menciptakan pukulan ganda bagi perekonomian saat suku bunga naik. Sebaliknya, dengan tetap menjaga suku bunga rendah, akan memberikan fasilitasi lebih leluasa bagi aktivitas ekonomi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hedwi Prihatmoko
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper