Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERTUMBUHAN EKONOMI 2013: FKSSK Lebih Pesimistis dari Pemerintah

BISNIS.COM, JAKARTA—Sebagian besar entitas Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) tidak seoptimistis pemerintah dalam melihat pertumbuhan ekonomi tahun ini yang dipatok 6,3%.

BISNIS.COM, JAKARTA—Sebagian besar entitas Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) tidak seoptimistis pemerintah dalam melihat pertumbuhan ekonomi tahun ini yang dipatok 6,3%.

Selain dari pemerintah yang diwakilkan oleh Kementerian Keuangan, anggota FKSSK juga terdiri dari Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS).

OJK menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya sebesar 6%. “Kami di OJK tidak akan jauh dari 6%,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad pekan lalu.

Sementara itu, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2013 hanya di kisaran 5,8%—6,2%. BI terus merevisi turun proyeksinya. Awalnya, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2013 sekitar 6,3%-6,8% pada Januari.

Kemudian pada April, BI merevisi lagi proyeksinya menjadi 6,2%-6,6%. Di bulan ini, BI lagi-lagi merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 5,8%-6,2%.

“Dalam kajian kami terakhir, BI melihat pertumbuhan ekonomi 2013 di sekitar 5,8% sampai 6,2%,” ujar Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo akhir pekan lalu.

Adapun, LPS menjadi anggota FKSSK yang paling pesimistis dalam memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini. Pada akhir Juni lalu, Kepala LPS Mirza Adityaswara mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 5,8% di 2013.

Pertumbuhan ekonomi dalam negeri sedang mendapat tantangan besar tahun ini, bahkan lebih berat dibandingkan tahun lalu. Konsumsi rumah tangga mau tidak mau harus menjadi penyokong utama pertumbuhan ekonomi.

Namun, kinerja konsumsi rumah tangga mendapat tekanan dari laju inflasi yang diperkirakan akan tinggi. Sepanjang 2013, BI memperkirakan laju inflasi berisiko mencapai 7,8%. Bahkan, LPS memperkirakan laju inflasi sepanjang tahun ini berisiko mencapai 8,1%.

Inflasi atau kenaikan harga yang tinggi tentu ikut menekan daya beli masyarakat yang ujungnya menekan konsumsi rumah tanga.

Konsumsi rumah tangga menjadi penyokong utama karena kinerja komponen pendorong pertumbuhan ekonomi yang lain, seperti konsumsi pemerintah, investasi, dan perdagangan luar negeri [ekspor-impor] kurang bisa diandalkan pada tahun ini.

Di sisi konsumsi pemerintah, realisasi belanja negara yang rendah sampai semester I/2013 sulit diandalkan untuk memberi dorongan ekstra bagi pertumbuhan ekonomi. Pada semester I tahun ini, realisasi belanja negara hanya sebesar 39,3%, masih lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 40,7%.

Di sisi investasi, pemerintah pesimistis kinerja pertumbuhan investasi tahun ini masih belum ada pemulihan yang berarti. Hal itu diindikasikan dengan masih lesunya kinerja impor barang modal. Sepanjang Januari sampai Mei 2013, terjadi penurunan impor barang modal sebesar 17,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Di sisi ekspor-impor, masih terjadi defisit neraca perdagangan mencapai US$2,53 miliar sepanjang Januari sampai Mei 2013. Belum pulihnya


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hedwi Prihatmoko
Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper