BISNIS.COM, JAKARTA- Pemerintah berharap Indonesia bisa menjadi negara yang menarik investor untuk berinvestasi di bidang infrastruktur. Pasalnya, pembangunan infrastruktur di Indonesia masih melambat.
Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan negara Asean khususnya Indonesia dinilai masih menjadi kawasan yang menjanjikan untuk berinvestasi di bidang infrastruktur. Menurutnya, pengeluaran negara untuk pembangunan infrastruktur memang masih rendah.
“Infrastruktur khusus di luar Pulau Jawa misalnya, kami memang didorong agar dibangun oleh swasta. Kami ingin mengembangkan lebih cepat lagi,” kata Panggah akhir pekan lalu.
Panggah menceritakan, menurut pengamat dari Singapura, Asean, termasuk Indonesia merupakan negara yang paling kebal terhadap krisis. Selain itu, pengeluaran pemerintah untuk infrastruktur masing sangat rendah sehingga masih sangat menjanjikan untuk terus tumbuh.
“Semuanya, baik jalan layang maupun jalur kereta api masih minim,” tambahnya.
Menurut Panggah, pembangunan infrastruktur memang jadi pekerjaan rumah. Minimnya infrastruktur yang ada sangat menghambat kegiatan industri. Misalnya, akibat minimnya infrastruktur, biaya distribusi yang harus dikeluarkan industri jadi lebih besar.
“Di Indonesia, cost distribution itu bisa sampai 30% dari seluruh kegiatan industri, adapun negara lain bisa hanya 15%, Indonesia memang terlalu besar.” Artinya, lanjut Panggah, minimnya infrastruktur membuat industri in-efisiensi.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Tutum Rahanta mengatakan industri membutuhkan transportasi dan infrastruktur yang memadai kegiatan industri. Saat ini, kendala infrastruktur sangat memengaruhi margin pengusaha. “Menurut saya, infrastruktur lebih berpengaruh dan sangat dibutuhkan.”
Dia berharap, adanya kenaikan harga BBM bersubsidi bisa membuat kegiatan distribusi menjadi lancar. Menurutnya, tingginya subsidi BBM membuat pemerintah tidak mengutamakan pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, sangat berkemungkinan, ketika harga BBM dinaikkan, pemerintah lebih fokus membangun infrastruktur yang selama ini sangat berantakan.
“Sekarang lewat Pantura itu sudah 12 jam, distribusi sangat terganggu,” tegasnya. Pihaknya sangat mendukung adanya kenaikan harga BBM bersubsidi ini bila pemerintah sejalan memperbaiki sarana transportasi yang ada.