BISNIS.COM, JAKARTA--Target beroperasinya floating storage regasification unit (FSRU) Jawa Tengah mundur menjadi awal 2016 dari semula akhir 2014 atau awal 2015.
Hari Karyuliarto, Direktur Gas PT Pertamina (Persero) mengatakan pemunduran jadwal beroperasinya FSRU Jawa Tengah itu disebabkan adanya perubahan peruntukan gasnya.
Awalnya, gas dari FSRU itu diperuntukan untuk pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Tambak Lorok milik PLN, kemudian diubah menjadi untuk industri di Semarang dan sebagian pembangkit listrik yang ada di Jawa bagian barat, dan Kilang Balongan.
“Gas dari FSRU Jawa Tengah ke industri di Semarang, pembangkit listrik dan Kilang Balongan itu akan tetap menggunakan pipa Semarang-Cirebon. Makanya pengerjaan FSRU ini akan satu paket dengan ruas pipa itu,” katanya di Jakarta, Rabu (19/6).
Hari mengungkapkan nantinya ruas pipa Semarang Cirebon milik PT Rekayasa Industri itu harus sudah selesai sebelum FSRU beroperasi. Saat ini sendiri, Pertamina masih melakukan tender ulang proyek rekayasa, pengadaan dan konstruksi (engineering, procurement and construction/EPC) untuk FSRU itu.
Menurutnya, perubahan peruntukan alokasi gas dari FSRU itu juga menyebabkan perseroan melakukan tender ulang untuk pengerjaan EPC-nya. Akan tetapi, Hari yakin proses tender ulang tersebut tidak akan berbeda jauh dan dapat diselesaikan tahun ini.
Setelah proses tender ulang selesai, maka akan dimulai proses konstruksi FSRU Jawa Tengah yang diperkirakan akan berlangsung selama 13 bulan.
Sementara itu, Kepala Divisi BBM PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Suryadi Mardjoeki mengatakan gas dari FSRU Jawa Tengah sebenarnya lebih ideal untuk memenuhi kebutuhan gas di PLTGU Muara Tawar. Akan tetapi, hal itu hanya akan berlangsung sampai 2019, karena setelah itu PLTGU Muara Tawar membutuhkan pasokan gas sebesar 80 miliar british thermal unit per hari (BBTUD).
Suryadi mengungkapkan kebutuhan gas untuk PLTGU Muara tawar baru akan turun menjadi sekitar 30 BBTUD, setelah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang yang memiliki kapasitas 2X1.000 megawatt beroperasi.
“Setelah 2019, pasokan gas PLTGU Muara Tawar sudah aman, karena 30 BBTUD yang dibutuhkan pembangkit itu dapat dipasok dari fasilitas gas terkompresi (compressed natural gas/CNG) yang sedang dibangun di wilayah yang sama,” jelasnya.