BISNIS.COM, JAKARTA--Pemerintah meminta Pengusaha baik besar maupun Industri Kecil Menengah (IKM) untuk tidak menaikkan harga jual produk seiring adanya penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Direktur Jenderal IKM Kementerian Perindustrian Euis Saedah meminta kepada industri, khususnya IKM untuk tidak menaikkan harga jual akibat adanya kenaikan harga BBM bersubsidi. Menurutnya, industri hanya butuh menyesuaikan diri sekitar tiga-empat bulan untuk bisa kembali dalam keadaan normal.
Euis mengatakan menaikkan harga jual bukanlah suatu hal yang bisa dijadikan solusi. Kenaikan harga BBM bersubsidi, lanjut Euis, memang cukup berdampak pada IKM. Namun, dia yakin IKM bisa fleksibel menyesuaikan diri sehingga tidak perlu menaikkan harga jual produk.
“Kami selalu meghimbau agar seluruh pihak, termasuk IKM turut prihatin. Mungkin dengan adanya kenaikan harga BBM subsidi, keuntungan berkurang sedikit, namun tidak rugi. Coba bersama-sama memikul, jangan menaikkan harga,” kata Euis dalam acara Pembukaan Pameran Sumatera Barat Food&Craft VI di kantor Kementerian Perindustrian, Selasa (18/6).
Hingga kini, lanjut Euis, IKM masih fleksibel untuk bisa mempertahankan margin. “Mereka tinggal lebih teliti lagi, harus bagaimana produksinya dan bagian mana yang harus dikurangi. Mereka hanya butuh waktu menghitung kembali agar lebih efisien.”
Di sisi lain, Ketua Dewan Penasehat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Fahmi Idris mengatakan kinerja dan pertumbuhan IKM dalam negeri masih terkendala pemasaran dan bahan baku.
Saat ini, insentif pemerintah, baik pusat maupun daerah dinilai belum cukup. Seharusnya pemerintah menyediakan pusat pemasaran untuk produk IKM.
"Pemasaran merupakan masalah utama, di beberapa negara lain, biaya pemasaran itu bisa mencapai 40 % dari total pembiayaan untuk IKM, jadi tinggi sekali. Hal tersebut tidak terjadi di Indonesia yang justru kurang," ujarnya.
Terkait dengan kesulitan bahan baku, kendala ada pada yang tidak cukup terjangkau oleh pelaku IKM. Akibatnya, pelaku cenderung mencari bahan baku yang terjangkau namun berkualitas rendah. Hal ini sangat mengurangi daya saing industri.
Untuk menggenjot produksi IKM dan ketersediaan bahan baku yang terjangkau, dibutuhkan uluran tangan sektor perbankan. Euis mengatakan bahan baku tengah menjadi salah satu penghambat pertumbuhan IKM, seperti fesyen khususnya batik yang kekurangan bahan baku sutra dan kulit. Untuk IKM makanan dan minuman salah satunya kurang gula rafinasi.