BISNIS.COM, JAKARTA—Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menghitung jumlah insinyur di Indonesia sangat tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara lain.
Padahal Indonesia tengah giat-giatnya melakukan pembangunan infrastruktur melalui program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
"Rasio perekayasa & peneliti kita terhadap jumlah penduduk adalah 199/1 juta penduduk. Bandingkan dengan Singapura yang telah mencapai lebih dari 5.700 perekayasa & peneliti/1 juta penduduk," ujarnya di Jakarta dalam rapimnas Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Jakarta, (23/5/2013).
Dia menjelaskan Indonesia juga masih kalah dari Malaysia yang 503/1 juta penduduk dan Thailand 293/1 juta penduduk.
Kendati dalam 5 tahun terakhir pertumbuhan Indeks ketersediaan infrastruktur naik signifikan tetapi tidak mampu mengangkat daya saing nasional.
Menurutnya, hal itu menunjukkan kemampuan membangun infrastruktur saja tidak cukup, tetapi harus diimbangi dengan kemampuan memelihara, mengoperasikan dan meningkatkan nilai tambah pelayanan.
Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak mengungkapkan penyebaran insinyur di Indonesi juga tidak merata. Mayoritas insinyur berada di Pulau Jawa sementara di wilayah lain masih sangat kekurangan.
"Hal itu juga menunjukkan penyebaran proyek infrastruktur di mana Jawa masih memimpin," jelasnya.
Dia menjelaskan dari sekitar 600.000 orang Indonesia yang bergelar insinyur hanya sekitar 8.000 orang yang bersertifikat.
Dari total jumlah itu, insinyur sipil mendominasi mencapai 50%, sementara insiyur bidang lain masih sangat kurang. (ra)