BISNIS.COM, JAKARTA - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menaikkan harga jual produk rata-rata 4%-5% pada Maret 2013, akibat naiknya input cost dan sebagai salah satu opsi menghadapi inflasi pascapenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
Direktur Utama Unilever Maurits Lalisang menjelaskan siap menghadapi dampak inflasi, akibat rencana penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dengan menyiapkan beberapa langkah, berupa efisiensi pembiayaan internal perusahaan.
“Langkah ini menjadi penting lantaran pembiayaan pada pos ini sekitar 2,5% dari total pembiayaan," katanya, Selasa (21/5/2013).
Kebijakan lainnya adalah menekan ongkos pembiayaan yang diangap tidak diperlukan, seperti pelatihan internal akan memanfaatkan teknologi pembicaraan jarak jauh, sehingga tidak mengeluarkan biaya transportasi.
Dia menuturkan dampak inflasi secara keseluruhan tidak akan mempengaruhi kinerja perseroan secara signifikan kecuali inflasi makanan seperti kenaikan harga bahan pokok seperti bawang, gula, dan lain sebagainya.
"Opsi penaikan harga produk itu yang terakhir. Kami akan maksimalkan efisiensi pembiayaan internal dulu," tuturnya.
Ketika ditanyai tentang rencana stock split karena harga saham Unilever dinilai terlalu tinggi di level 30.950 per saham, Sekretaris Perusahaan Unilever Sancoyo Antarikso menuturkan belum merencanakan opsi tersebut karena pergerakan saham UNVR masih terbilang likuid "Namun, kami juga terus mengkaji tentang stock split ini," ujarnya.