BISNIS.COM, JAKARTA-PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk tetap meminta harga gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) yang lebih murah untuk fasilitas penampungan LNG dan regasifikasi terapung (floating storage regasification unit/FRSU) Lampung.
Direktur Pengusahaan PGN Jobi Triananda mengatakan pemerintah harus turun tangan agar harga LNG yang diberikan kepada FSRU Lampung tidak terlalu mahal. Alasannya, saat ini industri dalam negeri masih memiliki keterbatasan daya beli dalam menyerap LNG.
“Harapan kami harga LNG ke FSRU Lampung dapat lebih rendah dari harga LNG ke PLN yang sekitar US$10 hingga US$11 per MMBTU. Industri saat ini kan daya beli untuk gasnya masih terbatas,” katanya di sela-sela HUT PGN ke-48 di Jakarta, Minggu (19/5/2013).
Jobi mengungkapkan kemampuan PLN untuk membeli LNG dengan harga US$10 hingga US$11 per MMBTU disebabkan PLN membandingkan harga itu dengan harga solar. Sedangkan, industri dalam negeri membandingkan harga LNG dengan harga gas pipa yang masih di bawah harga LNG untuk domestik.
Menurutnya, dengan harga bahan baku gas yang terjangkau, maka industri dapat mengoptimalkan biaya produksi untuk meningkatkan kualitas produknya.
Saat ini, PGN masih menunggu komitmen dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengenai besaran harga LNG untuk domestik itu. “Kami sudah beberapa kali bertemu dengan BP Tangguh. Tetapi kami masih butuh mediasi dan negosiasi lebih lanjut untuk harga LNG ini,” ungkapnya.
Seperti diketahui, FSRU Lampung akan mendapatkan 7 kargo LNG dari BP Tangguh dan terus meningkat hingga 18 kargo LNG pada 2021 mendatang. Selain itu, FSRU Lampung juga akan langsung mendapatkan 17 kargo LNG dari Chevron Indonesia Deepwater Development (IDD) pada 2016.
PGN telah meresmikan pembangunan FSRU Lampung dengan menggelar peletakan dasar kapal (keel laying) di galangan Hyundai Heavy Industries, Ulsan, Korea Selatan.
FSRU Lampung dirancang berkapasitas 240 MMscfd dan menelan investasi US$250 juta--US$300 juta, terdiri dari US$100 juta untuk mooring system, US$150 juta untuk pipa dan station, serta biaya sewa dan pemindahan.
Untuk merealisasikannya, PGN menggandeng Hoegh LNG Ltd asal Norwegia dan PT Rekayasa Industri. Hoegh LNG merupakan pemilik, sekaligus operator FSRU itu dengan masa kontrak 20 tahun.
FSRU Lampung merupakan FSRU kedua yang dibangun oleh PGN. Sebelumnya, sebagai penyalur dan distributor gas nasional, PGN melalui PT Nusantara Regas membangun FSRU Jawa Barat yang telah beroperasi pada 2012. Nusantara Regas merupakan perusahaan patungan antara PGN dan Pertamina. Dalam kerjasama tersebut, PGN memiliki 40% saham Nusantara Regas. (mfm)