Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah mendorong Cekungan Sunda Asri dan Bintuni menjadi hub penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage (CCS) untuk wilayah Asia Timur dan Australia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ada dua proyek CCS/CCUS yang tengah berjalan di Indonesia. Kedua proyek itu memiliki kapasitas penyimpanan karbon yang terbilang besar.
“Yang pertama adalah BP Tangguh yang punya kapasitas penyimpanan sebesar 1,8 gigaton CO2. Proyek ini punya potensi besar untuk menjadi hub CCS pertama di Indonesia karena tidak hanya akan menangkap dan menyimpan CO2 dari berbagai industri di Indonesia, tetapi juga dari luar negeri. Salah satu contohnya adalah pelabuhan terbesar di Jepang, Nagoya,” kata Luhut lewat akun instagram pribadinya, Selasa (30/7/2024).
Saat ini, Indonesia memiliki total 15 proyek potensial CCS/CCUS dengan target onstream pada 2026 - 2030.
Selain Tangguh di wilayah timur, Luhut mengatakan, proyek CCS Sunda Asri hasil kerja sama antara Pertamina dan ExxonMobil berpotensi menjadi hub untuk kawasan barat.
“Proyek ini berpotensi menjadi CCS hub lainnya di Indonesia bagian barat, dengan potensi menyimpan CO2 dari Singapura dan juga industri-industri domestik yang sulit mengurai emisi mereka,” kata dia.
Baca Juga
Luhut berharap kedua proyek percontohan CCUS di Indonesia tersebut dapat membawa investasi baru, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan transfer teknologi.
Seperti diketahui, Indonesia dikenal memiliki cekungan sedimen terbesar di kawasan Asia Tenggara. Otoritas migas mencatat potensi sumber daya penyimpanan karbon di 20 cekungan dengan kapasitas 573 gigaton saline aquifer dan 4,8 gigaton depleted oil and gas reservoir yang tersebar di berbagai wilayah di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Adapun, skema CCS di Indonesia dibagi menjadi dua pilihan. Pilihan pertama adalah penyelenggaraan CCS berdasarkan kontrak kerja sama migas, rencana kegiatan CCS dapat diusulkan oleh kontraktor kontrak kerja sama dalam rencana pengembangan (PoD) I maupun PoD lanjutan atau revisinya.
Kedua, CCS dapat dikembangkan sebagai usaha tersendiri, melalui izin eksplorasi zona target injeksi dan izin operasi penyimpanan karbon.
Berdasarkan identifikasi pada 20 cekungan produksi, Kementerian ESDM memperkirakan kapasitas penyimpanan karbon domestik pada lapisan saline aquifer mencapai 572,77 gigaton CO2 (karbon dioksida), jauh lebih tinggi dari perhitungan pada 2015 lalu di level 9,7 gigaton CO2.
Sementara itu, potensi penyimpanan pada lapisan depleted migas dari hitung-hitungan terbaru mencapai 4,85 gigaton CO2, lebih tinggi dari perkiraan pada 2015 lalu di level 2,5 gigaton CO2.
Hasil kajian lain yang dilakukan oleh ExxonMobil memperkirakan potensi penyimpanan sekitar 80 gigaton CO2 pada saline aquifer, sementara dari hasil kajian Rystad Energy memperkirakan lebih dari 400 gigaton CO2 pada reservoir migas dan saline aquifer Indonesia.