Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKSPOR SEPATU: Hanya Tumbuh 1%, Pengusaha Optimistis Bertahan

BISNIS.COM, JAKARTA--Pertumbuhan ekspor sepatu pada kuartal I tahun ini diperkirakan hanya naik tipis sebesar 1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.  Meski begitu, pengusaha sepatu optimis masih bisa bertahan.Ketua Umum Asosiasi Persepatuan

BISNIS.COM, JAKARTA--Pertumbuhan ekspor sepatu pada kuartal I tahun ini diperkirakan hanya naik tipis sebesar 1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.  Meski begitu, pengusaha sepatu optimis masih bisa bertahan.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan pertumbuhan ekspor pada kuartal I tahun ini hanya naik sekitar 1%.

Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS), nilai ekspor pada Januari 2013 sekitar US$300 juta. Sementara, untuk nilai ekspor pada Februari dan Maret 2013, BPS belum mengeluarkan datanya.

“BPS baru mengeluarkan yang Januari saja. Namun kami memprediksi pertumbuhan ekspor tahun ini naik 1 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” kata Eddy ketika dihubungi melalui telepon, Senin (29/4/2013).

Pihaknya memprediksi, nilai ekspor Februari 2013 dan Maret  2013, masing-masing sekitar US$275 juta-US$300 juta.

Dengan kata lain, nilai ekspor pada kuartal 1 tahun ini sekitar US$850-US$900 juta. Sementara, realisasi nilai ekspor kuartal 1 tahun lalu sekitar US$875 juta.

Menurut Eddy, meski hanya naik 1 %, dirinya yakin pengusaha sepatu masih bisa bertahan.

Dia optimis, target ekspor tahun ini yang sekitar US$3,6 miliar bisa tercapai, meski nilai tersebut sama dengan realisasi tahun 2012.

Pada awalnya, pihaknya memprediksi ekspor bisa tumbuh hingga 10 % pada tahun ini.

“Kami yakin masih bisa bertahan, untuk market masih bisa stabil. Biasanya pada bulan keempat, kami membuat sample dan mencocokkan harga. Nantinya pada bulan keenam, kami lihat bagaimana prospeknya,” jelas Eddy.

Naik tipisnya nilai ekspor pada kuartal 1 tahun ini disebabkan oleh adanya penaikan upah minimum regional (UMR) yang besarannya sulit diprediksi.

Menurutnya, penaikan upah keryawan akan berdampak pada kegiatan produksi, salah satunya dengan menaikkan harga jual.

“Kami sudah minta menaikkan, namun buyer belum menerima, ya mau bagaimana,” ungkapnya.

Akibatnya, banyak permintaan sepatu yang tidak bisa diterima lantaran tidak ada kecocokan harga.

Naikknya besaran UMR yang tidak terprediksi serta banyaknya aksi unjuk rasa merupakan penyebab naik tipisnya pertumbuhan ekspor sepatu.

Dia mengklaim banyak perusahaan sepatu yang merugi akibat banyaknya aksi unjuk rasa.

Eddy mengungkapkan, penaikan upah yang besarannya tidak terprediksi tersebut sangat memengaruhi iklim usaha.

Akibatnya, sejumlah pembeli menunda pembelian sepatu di Tanah Air.
 
Dia mencontohkan upah buruh yang terlalu tinggi terdapat di sejumlah daerah, salah satunya Banten.

Banten merupakan daerah pengekspor sepatu terbesar, yakni mencapai 60% dari total pengapalan produk tersebut dari Indonesia.

Sementara itu, berdasarkan sumber Bisnis, Indonesia mendapat tuduhan dumping sepatu.

Namun, ketika dikonfirmasi, mengenai negara yang memberikan tuduhan dan nama perusahaan yang melakukan dumping, Eddy enggan mengometari dengan detail.

“Dulu pernah kita kena tuduhan dumping oleh Brazil, kemudian dicabut. Kalau sekarang saya kira belum ada sesuatu yang principal ya,” ujarnya.

Saat ini, pasar ekspor sepatu masih didominasi oleh AS dan Eropa.   (ra)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper