Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BISNIS.COM, JAKARTA -- Mantan Menteri Keuangan Agus D. W. Martowordojo mengingatkan penggantinya akan sejumlah ancaman perekonomian di masa mendatang, a.l. Potensi pelarian modal, krisis ekonomi global, serta inflasi tinggi.
 
"Kebijakan moneter negara-negara maju yang lebih ekspansif dengan melonggarkan likuiditas, sehingga aliran dana asing semakin agresif ke negara berkembang termasuk indonesia. Ini yang harus diwaspadai karena berpotensi terjadi reversal [pelarian modal]," ujarnya saat Sertijab Menkeu, Senin (22/4/2013).
 
Menurutnya, krisis ekonomi global juga berdampak pada harga komoditas di pasar dunia yang masih tertekan dan cenderung bakal membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali normal.
 
Secara langsung kondisi tersebut berpengaruh terhadap penurunan kinerja ekspor Indonesia seiring pelemahan permintaan komoditas dari negara yang menjadi mitra dagang Indonesia.
 
"Tantangan lain yang akan dihadapi adalah mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang sehat, kuat, dan inklusif untuk menghindari pelebaran selisih antara kaya dan miskin," papar Agus.
 
Ancaman defisit perdagangan yang menekan transaksi berjalan dan neraca pembayaran, serta pelebaran defisit APBN, menjadi tantangan dalam penciptaan stabilitas keuangan dan fiskal Indonesia.
 
Adapun Neraca Pembayaran Indonesia pada kuartal I/2013 diproyeksi membentuk defisit akibat tingginya defisit transaksi berjalan dan surplus transaksi modal yang cenderung moderat seiring cadangan devisa Indonesia terus menurun. 
 
Berdasarkan data Bank Indonesia, cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2012 mencapai US$112,78 miliar. Kemudian pada Januari cadangan devisa turun menjadi US$108,78 miliar, US$105,18 miliar pada Februari, dan US$104,8 miliar pada akhir Maret 2013. 
 
 
Kesempatan yang sama, Menteri Keuangan sekaligus Menko Perekonomian Hatta Rajasa memastikan seluruh kebijakan tetap berjalan untuk menjaga kesinambungan fiskal dan mengurangi defisit.
 
"Tidak akan ada perubahan kebijakan, dengan tetap menjaga policy yang telah ditetapkan, semisal intensif fiskal yang berkaitan dengan investasi," ujarnya.
 
Kendati demikian, Hatta menegaskan meski sebagai pelaksana tugas, dia tetap bisa mengambil keputusan ataupun kebijakan dalam kapasitas sebagai Menteri Keuangan. 
 
"Yang jelas, kami fokus pada untuk memastikan APBN 2013, penerimaan negara dan spending kementerian/lembaga harus berjalan dengan baik. Serta yang tidak kalah penting adalah defisit neraca perdagangan, terutama pada tekanan pada migas juga defisit yang diakibatkan penerimaan komoditas ekspor," papar Hatta.
 
Berdasarkan data BPS, pada Januari-Februari 2013 terbentuk defisit mencapai US$4,88 miliar. 
 
Defisit tersebut sedikit terkompensasi oleh surplus perdagangan gas bumi yang pada dua bulan pertama 2013 mencapai US$2,47 miliar, sehingga defisit neraca perdagangan migas mencapai US$2,41 miliar.
 
Adapun surplus nonmigas tercatat sebesar US$2,01 miliar, sehingga secara kumulatif Januari-Februari 2013 neraca perdagangan Indonesia membentuk defisit sebesar US$402,1 juta. Kinerja tersebut kebalikan dari pencapaian surplus pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$1,844 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Amri Nur Rahmat
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper