Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PRODUK RAMAH LINGKUNGAN: Tiga Negara Dukung Usulan Indonesia

BISNIS.COM, SURABAYA – Usulan Indonesia untuk memasukkan kelapa sawit dan karet ke dalam daftar produk ramah lingkungan di lingkup Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik  (APEC)  baru sebatas didukung Papua Nugini, Chile dan Peru.

BISNIS.COM, SURABAYA – Usulan Indonesia untuk memasukkan kelapa sawit dan karet ke dalam daftar produk ramah lingkungan di lingkup Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik  (APEC)  baru sebatas didukung Papua Nugini, Chile dan Peru.

Sebagai negara produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), ketiga negara memiliki kepentingan yang sama dengan Indonesia.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengapresiasi pandangan yang sama dari ketiga negara, tetapi pihaknya masih membutuhkan dukungan dari anggota APEC yang lain, terutama sesama negara di kawasan Asia Tenggara yang memproduksi komoditas sama.

“Bisa dicatat bahwa negara-negara di Asia Tenggara belum mendukung aspirasi kita,” katanya dalam pertemuan menteri perdagangan APEC di Surabaya, Minggu (21/4).

Namun, pihaknya akan tetap berjuang dalam KTT APEC pada Oktober di Bali.

Pandangan 21 anggota APEC terbelah ke dalam dua kubu. Kubu pertama yang dimotori oleh negara maju (advance economy) menginginkan agar daftar produk ramah lingkungan (environmental goods list) berisi 54 pos tarif yang disepakati pada 2012 diimplementasikan lebih dulu. 

“Mereka bisa pertimbangkan (penambahan produk), tapi setelah 2015 supaya implementasi ini clean, mulus. Mereka tidak mau untuk diadakan perundingan tentang tambahan produk EG  karena berisiko akan merusak proses implementasi produk yang sudah disetujui,” jelas Direktur Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya Kemendag Deny W. Kurnia

Anggota APEC sebelumnya sepakat bahwa pemberian tarif preferensial maksimum 5% bagi produk ramah lingkungan dilaksanakan pada akhir 2015 guna mendukung pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi hijau.

Namun, Indonesia dan tiga negara pendukung berpendapat daftar yang ditetapkan dalam APEC Ministerial Meeting di Vladivostok, Rusia, tahun lalu itu tak mengakomodasi produk pertanian karena 99% berisi produk manufaktur yang diproduksi negara maju.

Indonesia menilai perlu memasukkan produk pertanian yang masih menjadi komoditas andalan negara berkembang sehingga tercipta keadilan di lingkungan APEC.  (if)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Ismail Fahmi
Sumber : Sri Mas Sari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper