BISNIS.COM, JAKARTA-- Aktivitas pasar kondominium di Jabodetabek sepanjang 2013 diprediksi terus meningkat seiring dengan permintaan pasar yang tinggi baik dari investor maupun konsumen.
Arief Raharjo, Kepala Riset Properti Cushman & Wakefield mengatakan selain karena permintaan pasar yang tinggi, wacana tentang penataan ulang kawasan kumuh Jakarta oleh gubernur juga diprediksi dapat mempengaruhi performa pasar kondominium, khususnya kelas menengah bawah.
"Tapi hingga kuartal-1 / 2013 ini belum memberikan pengaruh yang signifikan sejak awal tahun," katanya dalam Jakarta Market Property Review Q1/2013, Rabu (16/4).
Berdasarkan hasil riset Cushman & Wakefield hingga akhir Maret 2013 tingkat penjualan kondominium di Jabodetabek naik 1,2% dibanding kuartal pertama tahun lalu, yakni mencapai 96,2%, dengan tingkat hunian 59,4%, naik 0,04% dari kuartal lalu (k-4 /2012).
Hingga akhir kuartal-1 ini rerata terdapat 108.769 unit kondominium di Jakarta. Bahkan ada sekitar 13 proyek baru yang sudah dan akan diluncurkan.
"Hal ini menambah pasokan mendatang hingga 87.433 unit," kata Arief.
Pada kuartal ini didominasi oleh proyek-proyek berkelas menengah-bawah 52,3%, diikuti kelas menengah 25,3%, kelas atas 16,6%, dan menengah-atas 5,8%.
Pertumbuhan tingkat penjualan mempengaruhi harga jual kondominium yang juga turut naik hingga 5,0% di area CBD (mencakup koridor bisnis utama seperti Sudirman, Kuningan, Thamrin, Gatot Subroto, Satrio), yakni mencapai Rp26.083.738 /m2.
Sedangkan di area primer (Kebayoran Baru, Senayan, Menteng, Pondok Indah, Permata Hijau, Kemang) harganya naik 3,5% menjadi Rp24.289.634 /m2 dibandingkan kuartal lalu.
"Tren harga kondominium terus naik sejalan dengan kenaikan harga tanah di Jakarta," imbuh Arief. (if)