BISNIS.COM, DENPASAR--Badan Penanaman Modal dan Perizinan Bali menyatakan PT Pembangunan Bali Mandiri mengincar pembangunan dan pengembangan bandara Bali di kawasan utara pulau dengan lokasi di Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.
Ida Bagus Made Parwata, Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Bali, mengatakan pemilihan lokasi di sebelah ujung timur kabupaten Buleleng itu dipastikan lebih layak jika dibandingkan dengan Celukan Bawang ataupun Grogak, Kabupaten Buleleng.
“Studi teknis sudah dilakukan oleh PT Pembangunan Bali,” katanya kepada Bisnis, Selasa (16/4/2013).
Saat ini badan penanaman modal setempat, lanjutnya, masih menunggu investor asal Bali itu memfinalisasi studi kelayakan finansial.
Badan Penanaman Modal juga Bali menyatakan belum ada investasi masuk dari dalam negeri maupun asing untuk pembangunan megaproyek bandara internasional Bali Utara pascakabar hengkangnya investor asal India, GVK Power & Infrastructure Limited yang telah menyiapkan US$1 miliar untuk bandara baru itu.
Pada keinginan mengembangkan bandara kedua di Bali ini, Pembangunan Bali sudah menyampaikan presentasi di depan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika dan Bappeda.
Selain menyampaikan presentasi, diketahui Pembangunan Bali telah mengirim surat permohonan ke Bappeda Buleleng.
Surat itu berisi permohonan rekomendasi dari Bupati Buleleng terkait pembangunan bandara di Kubutambahan.
Surat itu ditujukan kepada Bupati Buleleng dan ditembuskan kepada Kepala Bappeda Buleleng. “Suratnya datang sekitar Februari 2013,” kata Kepala Bappeda Buleleng, Gede Suyasa.
Suyasa menjelaskan, surat permohonan rekomendasi tersebut belum dijawab dan masih sedang dikaji bersama instansi terkait di Buleleng.
Namun dari segi tata ruang, pihak pemerintah kabupaten belum berani memberikan rekomendasi. Selain itu, kajian dari Menteri Perhubungan terkait kelayakan lokasi bandara juga belum ada.
Sementara itu, Kementerian Perhubungan menargetkan penentuan lokasi pembangunan bandara Bali utara diputus pada semester I/2013 lengkap dengan penyelesaian feasibility study.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan penyelesaian feasibility study guna penentuan lokasi pengembangan bandara Bali utara masih intensif dilakukan.
“Kami menargetkan maksimal pada semester I/2013 akan segera diputuskan,” katanya.
Pada pemetaan lokasi pembangunan, paparnya, sejumlah lokasi di kawasan Bali utara sudah mulai disiapkan. Opsi lokasi yang akan dipilih untuk bandara kedua di Bali itu a.l terletak di Kabupaten Karangasem, Buleleng dan Jembrana.
"Sejumlah titik di kabupaten itu sedang dikaji berdasarkan kebutuhan sebuah bandara internasional."
Dinas Perhubungan Bali merinci, kajian lokasi bandara itu berada pada 7 titik alternatif yang diantaranya di daerah Gerokgak, Kubutambahan dan Sangsit, Kabuaten Buleleng.
Adapun lingkup pembangunan bandara baru itu berupa runway 3.800 m x 60 m, apron, taxiway, lahan parkir, akses jalan serta fasilitas kargo dan apron kargo.
Saat ini, lanjut Bambang, penyelesaian sejumlah persyaratan, termasuk analisi mengenai dampak lingkungan (Amdal) masih dalam pengkajian. Kajian itu, diantaranya akan menentukan pembangunan land side dan air side dari bandara itu.
Selanjutnya, akan segera dibuat detail engineering design (DED).
Untuk skema pembiayaan, Bambang menjelaskan, pemerintah akan mengusulkan pembiayaan dengan beberapa skema, a.l dengan public private partnership (PPP).
Dalam konsep skema ini, diharap pemerintah daerah mampu ikut dalam skema kerjasama tersebut.
Namun biasanya, katanya, investor asing atau dalam negeri lebih tertarik membangun land side dari sebuah bandara. Land side itu termasuk terminal logistik dan penumpang dan properti penunjang bandar lain.
Pembangunan bandara baru di Bali ini, masuk dalam skala prioritas pengembangan infrastruktur Indonesia.
Terlebih, menurutnya urgensi pembangunan bandara ini merupakan kebutuhan dari peningkatan kunjungan wisatawan yang diperkirakan mencapai 15 juta pada 2015 mendatang.
Saat ini, paparnya, bandara Ngurah Rai hanya mempunyai satu landasan pacu atau runway.
"Penambahan runway di Ngurah Rai sudah tidak mungkin dilakukan."
Agus Suradnyana, Bupati Buleleng mengatakan pada 2014 program pembangunan bandara Buleleng masuk dalam agenda Bappenas dan sepenuhnya akan ditarget terealisasi pada tahun 2015.
Diharapkan peran pemerintah daerah dan kabupaten yang memediasi PT Angkasa Pura (AP) I sebagai pihak pengelola bandara Buleleng.
Gagasan tersebut muncul setelah beberapa waktu lalu tersiar kabar atas hengkangnya investor asal India.
Menanggapi skema pembiayaan, Agus menggagas adanya model pembiayaan penyertaan modal antara pemerintah daerah dan Kabupaten, BUMN dan sindikasi perbankan untuk membiayai pembangunan bandara Buleleng yang diestimasikan sebesar Rp2,6 triliun.