BISNIS.COM, DENPASAR--Produksi kopi dari Bali, yang telah masuk kelas premium di pasar komoditas dunia, diharapkan ikut mendorong upaya mengembalikan kejayaan kopi nasional menjadi produsen terbesar dunia
Ketua Gabungan Eksportir Kopi Indonesia Hutama Sugandhi mengajak daerah lain belajar dari konsistensi Bali yang salah satu komoditasnya, kopi kintamani, telah mendapatkan indikasi geografis dari Pusat Kerjasama dalam Penelitian Pertanian untuk Pembangunan Internasional (Cirad), Perancis.
Indikasi geografis merupakan penanda asal suatu produk yang karena lingkungan geografis termasuk faktor alam, lingkungan dan manusia, atau kombinasi kesemuanya memberikan ciri khas dan kualitas tertentu pada produk tersebut
“Sayangnya, meskipun dari kualitas dan nilainya tinggi, jumlah produksi kopi dari bali secara nasional masih kecil, sekitar 0,5%,” katanya kepada Bisnis, Rabu (20/3/2013).
Menurut Sugandhi sejumlah wilayah sangat potensial mendapatkan indikasi geografis seperti kopi di sepanjang Bukit Barisan (Sumatera), Bajawa (Flores), Toraja (Sulawesi), dan Papua.
Akan tetapi masih banyak hal yang harus dibenahi baik dari segi manajemen penanaman dan penanganan pascapanen maupun konsistensi produksi.
Dia menjelaskan Indonesia merupakan produsen nomor tiga dunia setelah Brasil dan Vietnam. Saat ini luas lahan kopi sekitar 1,1 juta hektare masih belum optimal dengan rata-rata produktivitas berkisar 700-800 kilogram per hektare.
Bandingkan dengan produktivitas kopi Vietnam yang mampu mencapai 3 ton per hektar, dengan luasan lahan 550.000 hektar.
“Idealnya Indonesia bisa memiliki lahan lebih luas dengan tingkat produktivitas 1,5 ton per hektare dan ditunjang kualitas terbaik seperti kopi kintamani,” ujarnya.
Padahal, varietas kopi Indonesia sangat dikenal dunia, bahkan dari 10 varietas kopi terbaik dunia, lima varietas merupakan jenis kopi yang dikembangkan di Indonesia, termasuk kopi kintamani yang terkenal di pasar dunia.
“Ini merupakan keunggulan lainnya yang bisa memperkuat langkah menjadi produsen kopi terbesar dunia,” ungkapnya.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan ketika meninjau industri kopi di pabrik Aneka Coffee Industry di Sidoarjo, Selasa (19/3) lalu mengatakan pemerintah sangat serius berupaya mengembalikan kejayaan produksi kopi nasional menjadi produsen terbesar dunia.
Paling tidak, kata dia, untuk jangka pendek-menengah ditargetkan menjadi produsen terbesar skala Asia Tenggara.
“Kopi Indonesia sangat terkenal dan dikenal dunia memiliki cita rasa berkualitas tinggi. Untuk itu produksi kopi nasional mesti ditingkatkan secara signifikan bahkan untuk jangka pendek bisa menjadi produsen terbesar Asia Tenggara dengan mengalahkan Vietnam,”
Untuk menjadi penguasa penghasil kopi Asia Tenggara, kata Gita, mesti banyak yang harus dilakukan mulai sektor hulu di perkebunan hingga hilir, khususnya industri.
“Target itu tidak berlebihan, saat ini produksi kopi Vietnam mencapai 1,2 juta ton per tahun sedangkan Indonesia mencapai 609.000 ton per tahun. Kita perlu ekstensifikasi lahan dengan membuka lahan baru agar luasan lahan kopi naik, ekuivalen dengan penambahan produksi,” katanya.(yop)