Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI FURNITUR: Asosiasi Mebel Jatim Minta Pemprov Jamin Pasokan Rotan

BISNIS.COM SURABAYA--Asosiasi Mebel Kayu dan Rotan Indonesia (AMKRI) Jawa Timur meminta Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjalin kerja sama dengan provinsi penghasil rotan di Kawasan Timur Indonesia (KTI), guna menjamin kelancaran pasokan komoditas tersebut

BISNIS.COM SURABAYA--Asosiasi Mebel Kayu dan Rotan Indonesia (AMKRI) Jawa Timur meminta Pemerintah Provinsi Jawa Timur menjalin kerja sama dengan provinsi penghasil rotan di Kawasan Timur Indonesia (KTI), guna menjamin kelancaran pasokan komoditas tersebut ke Jawa Timur.

Ketua AMKRI Jatim Nurcahyudi mengatakan pabrikan mebel rotan berorientasi ekspor di provinsi tersebut membutuhkan bahan baku sekitar 20.000 ton per tahun, tetapi volume pasokannya sejak beberapa tahun terakhir tidak mencukupi kebutuhan.

Di lain pihak, lanjutnya, kegiatan produksi rotan di Kalimantan maupun Sulawesi terus berlangsung, bahkan petani di kawasan tersebut dikabarkan kesulitan menjual hasil hutan itu.

“Kelancaran pasokan bahan baku rotan ke Jatim membutuhkan campur tangan pemerintah daerah, maka Pemprov Jatim hendaknya menjalin kerja sama dengan provinsi penghasil rotan di Kawasan Timur Indonesia (KTI),” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (20/3/2013).

Nurcahyudi menambahkan penghentian ekspor bahan baku rotan oleh pemerintah tahun lalu berdampak positif terhadap kegairahan produsen mebel di Jatim. Semula banyak produsen furnitur menggunakan bahan baku rotan sintetis, kini kembali lagi ke rotan alam.

Di Jatim terdapat puluhan produsen mebel rotan yang beroperasi di asentra industri tersebut di Kab. Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, Malang dan Mojokerto.

Sedangkan harga bahan baku rotan asalan/mentah di Jatim saat ini disebutkan berkisar Rp8.000 – Rp12.000/kg. Sedangkan rotan asalan (sudah dipoles) berkisar Rp15.000 – Rp27.000/kg.

Menurut Nurcahyudi, peluang pasar mebel rotan di mancanegara masih cukup menjanjikan, terutama di Asia. Sedangkan pasar Eropa dan Amerika mengalami penurunan permintaan akibat berlangsungnya krisis ekonomi di kawasan tersebut.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono memperkirakan nilai ekspor mebel tahun ini bisa naik menjadi US$2 miliar, karena produsennya mencari terobosan pasar baru di Asia Tenggara, negara Timur Tengah dan Afrika.

Tahun lalu ekspor komoditas tersebut terealisasi US$1,75 miliar akibat penurunan permintaan dari Eropa dan Amerika yang terlanda krisis ekonomi.

“Negara-negara Asia Tenggara mengalami pertumbuhan ekonomi, demikian pula negara-negara Timur Tengah, maka peluang pasar furnitur di kawasan itu cukup menjanjikan,” tuturnya, belum lama ini.(k22/yop)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yoseph Pencawan
Editor : Others
Sumber : Adam A Chevny
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper