Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KERJA SAMA BILATERAL: Belarusia Jajaki Investasi di RI

BISNIS.COM, JAKARTA--Pemerintah Belarusia menjajaki kemungkinan memulai investasi perdana di Indonesia seiring besarnya potensi pasar domestik dan dimulainya pasar baru komunitas ekonomi Asean (Asean Economic Community) pada 2015. Menteri Perindustrian

BISNIS.COM, JAKARTA--Pemerintah Belarusia menjajaki kemungkinan memulai investasi perdana di Indonesia seiring besarnya potensi pasar domestik dan dimulainya pasar baru komunitas ekonomi Asean (Asean Economic Community) pada 2015.
 
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat menuturkan pemerintah Belarusia berkeinginan untuk berinvestasi di beberap sektor penting yang selama menjadi komoditas ekspor utama mereka ke dalam negeri.

"Mereka mau investasi. Beberapa sektor utama yang kami tawarkan adalah alat berat dan juga industri pupuk," katanya usai pertemuan dengan Menteri Perindustrian Belarusia Dimitry Katerinich di Kementerian Perindustrian, Selasa (19/3/2013).

Menurut data Kemenperin, impor hasil industri terbesar Indonesia dari Belarusia sepanjang 2007-2011 didominasi oleh produk pupuk yang nilainya mencapai US$151,5 juta dan produk pengolahan karet senilai US$7,7 juta.

Sementara itu, komoditas ekspor hasil industri domestik ke negara tersebut didominasi oleh produk pengolahan karet yang mencapai US$772.403 dan produk pengolahan kayu senilai US$556.182, dengan tren yang cenderung menurun.

"Belarus juga merupakan salah satu negara produsen alat berat terbesar di Eropa, khususnya untuk produk dump truck dan traktor pertanian," ujarnya.

Menurut Hidayat, perusahaan alat berat lokal di negara tersebut Minsk Tractor Work yang berdiri sejak 1946 merupakan salah satu dari 8 perusahaan traktor terbesar di dunia dengan pangsa pasarnya mencapai 10% dari total pasar global.

Perusahaan tersebut, lanjutnya, memproduksi 3 juta unit traktor per tahun dan mengekspor lebih dari 500.000 unit ke lebih dari 100 negara yang terdiri dari 62 model dari berbagai jenis traktor serta lebih dari 100 pilihan rakitan.

"Kebutuhan alat berat kita mencapai 16.000 unit, tetapi produksi dalam negeri hanya 8.000 unit. Mudah-mudahan mereka mau bangun pabrik di sini," tutur Hidayat.   (ra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rustam Agus
Editor : Others
Sumber : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper