Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DAMPAK INFLASI OKTOBER: Peluang Ubah BI Rate Sangat Kecil

JAKARTA--Memantau realisasi inflasi Oktober yang mencapai 4,61% (year-on-year), peluang Bank Indonesia untuk mengubah suku bunga acuan (BI rate) sangat kecil.Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa meniai realisasi inflasi Oktober

JAKARTA--Memantau realisasi inflasi Oktober yang mencapai 4,61% (year-on-year), peluang Bank Indonesia untuk mengubah suku bunga acuan (BI rate) sangat kecil.Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa meniai realisasi inflasi Oktober yang mencapai 0,16% (month to month) sedikit di luar prediksi. Namun, realisasi inflasi tahun kalender (Januari-Oktober 2012) yang sebesar 3,66% dan inflasi tahunan sebesar 4,61% dianggap tidak terlalu tinggi."Yang penting inflasi kita tidak terlalu tinggi, 4,61%. Jadi sepanjang tahun ini masih bisa di bawah 5%, tapi di bawah 4% kecil peluangnya karena ada dampak dari natalan dan tahun baru," ujarnya di kantor Kemenkeu, Kamis (01/11).Purbaya menilai Bank Indonesia tidak memiliki peluang untuk mengubah BI rate dari posisi sekarang 5,75%. Pasalnya, BI rate cukup memadai untuk menahan laju inflasi 4,61%."Tidak perlu, BI rate cukup di level sekarang. Naik tidak bisa, turun juga tidak ada gunanya," kata Purbaya.Menurutnya, opsi penaikan BI rate sebaiknya tidak dilakukan karena kenaikan suku bunga acuan berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi. Padahal, saat ekonomi global lesu seiring krisis Eropa dan Amerika Serikat, Indonesia membutuhkan stimulus untuk meningkatkan perekonomian.Di sisi lain, penurunan BI rate dinilai Purbaya dapat menimbulkan persepsi bahwa kebijakan moneter yang ditempuh BI tidak prudent lantaran selisih antara BI rate dan inflasi terlalu dekat."Biasnaya selisihnya paling kecil, dalam keadaan normal, sekitar 1%. Dia [BI] tidak menurunkan lagi karena takut dianggap tidak prudent kebijakan moneternya," tuturnya.Purbaya menyarankan agar stimulus moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan mengupayakan penurunan suku bunga pinjaman (landing rate). Pasalnya, suku bunga pinjaman negara tetanga seperti Malaysia dan Singapura sudah berada di level 7% dan 5%.Sementara itu, Ekonom Standar Chartered Bank Eric Sugandi mengatakan dengan tingkat inflasi 4,61% (yoy) instrumen moneter yang kemungkinan diambil BI adalah melalui open market operation dengan menjual SUN dan SBI guna mengerem pertumbuhan kredit, dan menaikkan term deposit rate."Bisa juga menaikkan Fasbi 25 bps, kalau current account membaik. Tapi yang dua itu akan terus digunakan BI. Ada tightening policy tapi tidak drastis," katanya.  (if)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Diena Lestari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper