JAKARTA: Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan tingkat pertumbuhan ekspor pada tahun ini berada di kisaran 8%-10%.Ahmad Erani Yustika, Direktur Eksekutif Indef, menuturkan melemahnya permintaan global akibat krisis di Eropa dan Amerika Serikat akan memengaruhi kinerja ekspor Indonesia pada tahun ini."Saya rasa mungkin kalau bisa tumbuh 8%-10% sudah sangat bagus lah tahun ini," ujarnya usai seminar 'Efektivitas Fiskal, Percepatan Infrastruktur, dan Intermediasi Perbankan', Selasa (19/06).Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada kuartal I/2012 pertumbuhan ekspor mencapai 7,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laju ekspor ini melambat dibandingkan realisasi sepanjang 2011 yang mencapai 13,6%."Saya rasa beberapa industri yang berorientasi ekspor sudah mengalami penurunan produksi. Itu dampaknya panjang, PHK, penurunan daya beli, ekonomi menjadi lesu dan seterusnya," tuturnya.Erani berpendapat pemerintah tidak menyiapkan langkah antisipasi untuk menopang anjloknya kinerja ekspor. Menurutnya, dalam APBN-P 2012, pemerintah dapat menyusun desain stimulus fiskal khusus untuk menggenjot kinerja ekspor di tengah krisis ekonomi global.Sayangnya, hal itu dinilai luput dari perhatian pemerintah karena disibukkan oleh isu subsidi energi. Padahal, kontribusi ekspor terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto cukup besar yakni sekitar 25%."Sekarang kita sudah terlambat, karena untuk melakukan perubahan APBN tidak memungkinkan lagi, butuh waktu, padahal kebutuhannya hari ini," tegasnya.Menurut Erani, beberapa bentuk insentif fiskal yang dapat diterapkan pemerintah sebagai stimulus ekspor, a.l. mengurangi tarif impor untuk bahan baku penolong dan memberikan diskon pajak ekspor. Kebijakan tarif ini, kata Erani, bisa buka-tutup tergantung kebutuhan stimulus di dalam negeri."Yang penting ada inisiatif dan kreativitas pemerintah untuk dapat menangani ini. Kalau sekarang sudah turun terus tanpa ada upaya pemerintah, industri yang berorientasi ekspor dibiarkan jalan sendiri saja," katanya.Akibat transmisi krisis di sektor perdagangan internasional dan finansial, Indef memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini di kisaran 6,1%--6,3%. Proyeksi ini lebih rendah dari target pemerintah dalam APBN-P 2012, yakni 6,5%. (04/Bsi)
ARTIKEL MENARIK LAINNYA >>>
- 4 langkah mudah seimbangkan karir dan kehidupan
- REKOMENDASI SAHAM: Ini 7 saham layak dicermati
- MARKET CLOSING: Jakarta Composite Stocks Strengthened 1.10%
- Trikomsel Sets IDR1.07 Trillion To Buy Global Teleshop
- EURO 2012: Hasil Dan Prediksi Pertandingan Babak Penyisihan
- HARGA EMAS—Buyback & Harga Jual Antam Stagnan