Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selaku koordinator Komite Stabilitas Sistem Keuangan alias KSSK memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2025 akan mencapai sekitar 5%.
Proyeksi tersebut Sri Mulyani sampaikan usai KSSK yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) rampung menggelar rapat berkala pada 25 Juli 2025.
"Berbagai perkembangan dan kondisi strategis kebijakan akan terus ditingkatkan untuk mendorong multiplier effect yang lebih besar sehingga ekonomi Indonesia tahun 2025 diproyeksikan masih akan tumbuh di sekitar 5%," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kantor LPS, Jakarta Pusat, Senin (28/7/2025).
Kendati demikian, bendahara negara itu tidak menyampaikan angka pasti proyeksinya. Dia hanya menjelaskan bahwa perkembangan hasil negosiasi penurunan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap barang impor asal Indonesia dari 32% ke 19% dapat mendorong kinerja sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan furniture.
Di sisi lain, sambungnya, kesepakatan impor tarif 0% atas produk AS diperkirakan mendorong harga produk migas dan pangan Indonesia menjadi lebih rendah.
Hanya saja, Sri Mulyani mengaku bahwa perkembangan kinerja sektor manufaktur perlu menjadi perhatian. Alasannya, terjadi kontraksi PMI manufaktur yaitu 46,9% pada Juni 2025.
Baca Juga
"Peranan sektor swasta sebagai penggerak pertumbuhan akan terus didorong melalui kebijakan dan percepatan deregulasi termasuk mendorong peranan Danantara yang makin optimal," katanya.
Dari sisi fiskal, Sri Mulyani menyatakan pemerintah akan menggunakan APBN secara optimal untuk menjadi shock absorber di tengah ketidakpastian dan gejolak ekonomi global agar pertumbuhan tetap bertahan di sekitar 5%.
Adapun, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,87% pada kuartal I/2025. Sementara itu, APBN 2025 menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 sepanjang 2025.
Lebih lanjut, Sri Mulyani melaporkan sistem keuangan Indonesia terjaga di tengah ketidakpastian global sepanjang kuartal II/2025 atau April—Juni 2025.
"Stabilitas sistem keuangan untuk kuartal II/2025 tetap terjaga di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Kondisi global terutama dipengaruhi negosiasi tarif resiprokal Amerika Serikat dan eskalasi geopolitik dan militer," ujarnya.