Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Chile dan perusahaan tambang tembaga milik negara, Codelco, menyatakan hingga kini belum menerima rincian resmi terkait rencana Amerika Serikat (AS) untuk memberlakukan tarif impor sebesar 50% terhadap tembaga mulai 1 Agustus 2025.
“Hingga saat ini, kami semua masih menunggu,” ujar Ketua Dewan Direksi Codelco, Maximo Pacheco dikutip dari Reuters, Kamis (24/7/2025).
Dia menambahkan, rencana tarif tersebut telah ikut mendorong harga tembaga di AS mencetak rekor baru, sementara ketidakpastian ekonomi global turut memperbesar volatilitas harga.
Chile, sebagai eksportir tembaga terbesar dunia, juga merupakan pemasok utama tembaga rafinasi ke pasar AS.
Menteri Pertambangan Chile, Aurora Williams, mengatakan pemerintah masih akan melanjutkan dialog dengan pelaku industri usai menggelar pertemuan dengan Codelco dan sejumlah produsen lainnya.
Saat ditanya apakah Chile tengah menyiapkan proposal tandingan untuk disampaikan ke pemerintah AS, Williams menolak memberikan komentar lebih lanjut.
Baca Juga
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif tembaga dari luar negeri yang masuk ke pasar AS dikenakan tarif impor 50%. Kebijakan ini berlaku mulai 1 Agustus 2025.
Trump melalui akun Truth Social miliknya @realDonaldTrump, mengatakan bahwa keputusan tarif tinggi untuk produk tembaga tersebut berdasarkan pertimbangan keamanan nasional.
"Tembaga diperlukan untuk Semikonduktor, Pesawat Terbang, Kapal, Amunisi, Pusat Data, Baterai Litium-ion, Sistem Radar, Sistem Pertahanan Rudal, dan bahkan Senjata Hipersonik, yang sedang banyak kami bangun," tulis Trump dalam unggahan di Truth Social.
Trump mengatakan dia menerapkan tarif 50% untuk tembaga dengan harapan dapat meningkatkan produksi logam AS yang penting untuk kendaraan listrik, perangkat keras militer, jaringan listrik dan banyak barang konsumen.