Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hippindo Blak-blakan Dampak Fenomena Rojali & Rohana di Mal

Hippindo mengungkap alasan Rojali di mal akibat belanja online meningkat sejak pandemi, meski F&B naik 5-10%. APPBI sebut daya beli lemah picu omzet turun.
Pengunjung beraktivitas di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Sabtu (23/11/2024). / Bisnis-Abdurachman
Pengunjung beraktivitas di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Sabtu (23/11/2024). / Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menyebut adanya peningkatan tren rombongan jarang beli (Rojali) dan rombongan hanya nanya (Rohana) dalam beberapa waktu belakangan di pusat perbelanjaan.

Ketua Umum Hippindo, Budihardjo menjelaskan bahwa tren tersebut mencuat imbas dari adanya migrasi atau shifting perilaku masyarakat yang lebih dominan berbelanja via online. Di mana, tren tersebut mencuat sejak Pandemi Covid-19 melanda.

"Ini sejak Covid-19 sejak orang gampang belanja online," kata Budihardjo saat ditemui di Gedung Smesco, Rabu (23/7/2025).

Meski demikian, Budihardjo menegaskan keberadaan 'Rojali' tidak sepenuhnya hanya menimbulkan kerugian. Pasalnya, sektor bisnis ritel makanan dan minuman atau food and beverage (F&B) justru mengalami peningkatan.

Alasannya, masyarakat Rojali umumnya berkunjung ke mal hanya untuk berkumpul bersama sanak famili dan menghabiskan waktu di restoran.

"Karena nongkrong pasti lihat-lihat di mal ya haus, [jadi mereka beli] minum. Jadi F&B memang ada kenaikan," ujarnya.

Berdasarkan proyeksinya, kenaikan penjualan sektor retail F&B tercatat tembus di angka 5% hingga 10%. 

Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengungkapkan, fenomena rojali telah menyebabkan omzet pusat perbelanjaan di Tanah Air menurun. 

Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja menjelaskan, ada beberapa faktor yang memicu terjadinya fenomena rojali saat ini. Salah satunya, lemahnya daya beli masyarakat, khususnya di kelas menengah ke bawah. 

“Itu [omzet] terjadi penurunan, pasti. Karena kan tadi, belinya cenderung produk-produk yang harganya satuannya murah,” imbuhnya.

Meski demikian, dia optimistis fenomena rojali tidak akan berlangsung lama. Apalagi, pemerintah tengah menggelontorkan sejumlah stimulus untuk menggenjot daya beli masyarakat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro