Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berebut Pasar Komponen Otomotif AS, Indonesia vs Jepang Siapa Juara?

Indonesia dan Jepang bersaing di pasar komponen otomotif AS. Meski tarif Indonesia lebih tinggi 4%, biaya produksi Jepang lebih mahal. Ekspor Indonesia tetap kompetitif.
Pekerja memeriksa mobil impor dan ekspor di kawasan pelabuhan PT Indonesia Kendaraan Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Pekerja memeriksa mobil impor dan ekspor di kawasan pelabuhan PT Indonesia Kendaraan Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Ringkasan Berita
  • Indonesia menghadapi tantangan tarif bea masuk 19% ke AS, lebih tinggi dibandingkan Jepang yang hanya 15%, namun tetap kompetitif karena biaya produksi Jepang lebih mahal.
  • Ekspor komponen otomotif Indonesia ke AS mencapai US$1 miliar pada 2024, dan penurunan ekspor lebih disebabkan oleh penurunan permintaan AS akibat inflasi.
  • GIAMM berencana memperluas pasar ke Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika, dengan ekspor komponen otomotif Indonesia sudah mencapai 153 negara.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) mengungkap potensi produk kendaraan dan komponen otomotif Indonesia bersaing langsung dengan Jepang di pasar Amerika Serikat (AS) setelah tarif diresmikan. 

Adapun, Indonesia dikenakan tarif bea masuk ke AS sebesar 19% sama dengan Filipina. Sementara, tarif produk Jepang ke AS hanya 15%. 

Sekjen GIAMM Rachmad Basuki mengatakan Filipina tidak menjadi kompetitor langsung untuk produk kendaraan dan komponen di AS. Sebab, negara tersebut juga merupakan pengimpor dan produksi kendaraannya pun masih minim.

"Sedangkan untuk Jepang mesti hati-hati, karena selama ini ekspor Indonesia ke AS sebagian besar dilakukan oleh perusahaan-perusahaan joint venture Jepang," kata Rachmad kepada Bisnis, Rabu (23/7/2025). 

Menurut Rachmad, jika dilihat dari jenis part atau komponen yang diekspor oleh Jepang dan Indonesia ke AS juga cukup berbeda. Namun, dia tak memberikan rinci perbedaan komponen yang diekspor secara spesifik. 

Tak hanya itu, meskipun tarif RI lebih mahal 4% dari Jepang, produksi dari Negeri Sakura tersebut tetap lebih mahal karena biaya tenaga kerja di Jepang yang cukup mahal. 

"Jadi secara keseluruhan mestinya komponen otomotive Indonesia tetap competitive," imbuhnya. 

Adapun, ekspor komponen otomotif dari Indonesia ke AS berkisar US$1 miliar pada 2024. Rachmad menilai jika terjadi penurunan ekspor karena tarif bea masuk ke AS yang mahal, bukan berarti Indonesia kalah bersaing dengan Jepang. 

"Bukan berarti kita kalah bersaing, itu karena disebabkan oleh demand AS sendiri yang cenderung turun karena inlasi yang naik gara-gara harga ke konsumen ada tambahan tarif," tuturnya. 

Namun, dia optimistis pasar AS akan tetap menjadi yang terbesar kedua untuk produk otomotif setelah China. Untuk itu, pengusaha otomotif akan terus berupaya melakukan penetrasi dan memperluas pasar di AS. 

Di sisi lain, GIAMM juga akan mencari peluang pasar baru seperti Amerika Latin, khususnya Meksiko dan Brasil, kemudian negara-negara lain yang pasar otomotifnya cukup besar seperti Timur Tengah hingga Afrika. Saat ini industri part/komponen Indonesia sudah ekspor ke 153 negara.

"Negara-negara lain yang pasar otomotif nya cukup besar, Midle East, beberapa negara Afrika seperti Afrika selatan, Nigeria dan tentunya EU (IEU-CEPA) dan negara-negara BRICS," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro