Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif tembaga dari luar negeri yang masuk ke pasar AS dikenakan tarif impor 50%. Kebijakan ini berlaku mulai 1 Agustus 2025.
Trump melalui akun Truth Social miliknya @realDonaldTrump, Kamis (10/7/2025) mengatakan bahwa keputusan tarif tinggi untuk produk tembaga tersebut berdasarkan pertimbangan keamanan nasional.
"Tembaga diperlukan untuk Semikonduktor, Pesawat Terbang, Kapal, Amunisi, Pusat Data, Baterai Litium-ion, Sistem Radar, Sistem Pertahanan Rudal, dan bahkan Senjata Hipersonik, yang sedang banyak kami bangun," tulis Trump dalam unggahan di Truth Social.
Pada hari sebelumnya, Trump telah memberikan sinyal bahwa dia akan mengenakan tarif baru pada tembaga, yang menyebabkan harga tembaga berjangka Comex AS mencapai rekor tertinggi.
Trump mengatakan dia menerapkan tarif 50% untuk tembaga dengan harapan dapat meningkatkan produksi logam AS yang penting untuk kendaraan listrik, perangkat keras militer, jaringan listrik dan banyak barang konsumen.
Setelah kabar rencana tersebut, harga tembaga berjangka Comex AS melonjak lebih dari 12% ke rekor tertinggi. Pengumuman ini datang lebih awal dari yang diharapkan industri dan tarifnya lebih tinggi yang diperkirakan.
Baca Juga
Diberitakan sebelumnya, Melansir Bloomberg pada Rabu (9/7/2025) harga tembaga di bursa Comex New York naik hingga 17% pada Selasa (8/7/2025) waktu setempat, mencatat lonjakan harian terbesar dalam sejarah.
Saat ini, harga tembaga New York diperdagangkan dengan premi sekitar 25% dibandingkan kontrak sejenis di London Metal Exchange (LME), yang menjadi acuan harga global.
Harga tembaga di New York sempat menyentuh rekor tertinggi US$5,8955 per pon, sebelum ditutup pada level US$5,6855.
Jika tarif benar-benar diberlakukan, dampaknya akan menjalar ke berbagai sektor ekonomi AS, mengingat tembaga digunakan secara luas dalam produk elektronik konsumen, otomotif, konstruksi perumahan, hingga pusat data.