Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Ancam Tambah Tarif 10% ke BRICS, Kadin Desak Ini ke Pemerintah

Indonesia dinilai perlu segera mengoptimalkan jalur-jalur diplomasi BRICS untuk mengadvokasi kepentingan bersama.
Presiden Prabowo Subianto saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 yang berlangsung di Museum Seni Modern (MAM), Rio de Janeiro, Senin (7/7/2025)/Tim Media Internal Prabowo
Presiden Prabowo Subianto saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17 yang berlangsung di Museum Seni Modern (MAM), Rio de Janeiro, Senin (7/7/2025)/Tim Media Internal Prabowo

Bisnis.com, JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta agar pemerintah segera mengambil langkah mitigasi untuk menghindari tambahan tarif 10% oleh Amerika Serikat (AS) ke negara BRICS, termasuk Indonesia. 

Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kadin Saleh Husin mengatakan ancaman kebijakan tarif tambahan 10% oleh Presiden Donald Trump terhadap negara-negara BRICS dapat menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar AS.

“Indonesia perlu segera mengambil langkah mitigasi, seperti meningkatkan komunikasi diplomatik langsung dengan otoritas perdagangan AS, baik secara bilateral maupun melalui forum multilateral,” kata Saleh kepada Bisnis, Selasa (8/7/2025). 

Tak hanya itu, untuk mengantisipasi ancaman Trump, Indonesia juga mesti mengoptimalkan jalur-jalur diplomasi BRICS untuk mengadvokasi kepentingan bersama. Namun, dia mewanti-wanti agar tidak mengorbankan relasi strategis dengan mitra-mitra utama di luar BRICS.

Selain itu, Kadin juga mendorong pemerintah untuk mengoptimalkan utilisasi perjanjian dagang yang sudah ada dan mempercepat negosiasi Free Trade Agreement (FTA) dengan kawasan potensial lainnya untuk diversifikasi pasar.

Di sisi lain, pengusaha juga mulai mempersiapkan langkah strategis dalam menghadapi kebijakan tarif Trump 32% dan ancaman tambahan 10%. 

“Kita mulai mengidentifikasi produk ekspor unggulan yang terdampak langsung oleh tarif AS, dan merancang strategi reorientasi pasar,” tuturnya.

Pengusaha juga meningkatkan efisiensi dan daya saing biaya produksi, agar tetap kompetitif meskipun menghadapi tarif tambahan.

Dalam kondisi ini, diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara BRICS lainnya atau kawasan lainnya juga dapat menjadi solusi. Saleh juga menyoroti pentingnya memperkuat logistik dan integrasi digital dalam rantai pasok, untuk merespons cepat dinamika pasar global.

“Kami juga mendorong negosiasi melalui mekanisme G-to-G dan B-to-B untuk membuka jalur alternatif ke pasar AS yang lebih tahan terhadap tekanan politik,” imbuhnya. 

Lebih lanjut, eks Menteri Perindustrian (2014-2016) itu mengaku belum dapat mengukur besaran dampak karena perlu ada kajian khusus, tetapi diperkirakan dampaknya akan sangat signifikan. 

Dia menyebutkan dampak langsung yakni hilangnya daya saing produk ekspor Indonesia ke AS (seperti tekstil, alas kaki, furniture) dapat kehilangan daya saing karena tarif tambahan, serta turunnya permintaan dari pasar AS dan peningkatan order shifting ke negara non-BRICS.

Bahkan, secara tidak langsung, ancaman tarif Trump juga akan memberikan tekanan terhadap nilai tukar dan pasar saham karena ekspektasi penurunan ekspor dan investasi.

Kondisi geopolitik juga dinilai akan makin terfragmentasi, sehingga menyulitkan konsolidasi kebijakan luar negeri dan perdagangan Indonesia.

“Risiko balasan tarif dari BRICS yang bisa menciptakan siklus perang dagang yang lebih luas,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper