Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Diprediksi Tahan Suku Bunga pada FOMC Juni, Pantau Dampak Kebijakan Trump

Federal Reserve diperkirakan kembali mempertahankan suku bunga acuan dalam pertemuan FOMC periode Juni 2025 yang digelar Rabu (18/6/2025) waktu setempat.
Gedung kantor Federal Reserve (The Fed) di Washington, Amerika Serikat pada Rabu (26/1/2022). / Reuters-Joshua Roberts
Gedung kantor Federal Reserve (The Fed) di Washington, Amerika Serikat pada Rabu (26/1/2022). / Reuters-Joshua Roberts

Bisnis.com, JAKARTA — Federal Reserve diperkirakan kembali mempertahankan suku bunga acuan dalam pertemuan FOMC periode Juni 2025 yang digelar Rabu (18/6/2025) waktu setempat, menandai empat pertemuan berturut-turut tanpa perubahan kebijakan.

Dilansir Bloomberg, langkah tersebut mencerminkan pendekatan hati-hati The Fed di tengah ketidakpastian ekonomi, khususnya terhadap dampak kebijakan perdagangan dan fiskal yang diterapkan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.

Sebelumnya, The Fed telah memperingatkan bahwa kebijakan tarif Trump berisiko mendorong inflasi dan menekan pasar tenaga kerja. Namun, dengan tren inflasi yang mulai mendingin dan pasar tenaga kerja yang tetap solid, bank sentral memiliki ruang untuk menahan suku bunga tetap di kisaran 4,25%–4,5%.

Ekonom Senior AS di Deutsche Bank AG, Brett Ryan menyatakan bahwa kebijakan wait and see yang dijalankan The Fed sejauh ini terbukti relevan.

“Tidak ada urgensi untuk mengubah arah kebijakan, terutama ketika risiko inflasi masih lebih besar ke atas,” ujarnya.

Keputusan suku bunga akan diumumkan Rabu pukul 14.00 waktu Washington (Kamis dini hari WIB), disusul konferensi pers oleh Ketua The Fed Jerome Powell. Fokus utama pasar tertuju pada Summary of Economic Projections yang mencerminkan prediksi terbaru pejabat The Fed terhadap inflasi, pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan arah suku bunga (dot plot).

Meskipun ekspektasi pasar mengarah pada dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini, dot plot bisa saja menunjukkan kemungkinan hanya satu kali penurunan. Perubahan ini mencerminkan peningkatan proyeksi inflasi serta penyesuaian terhadap suku bunga netral (neutral rate), yakni tingkat suku bunga jangka panjang yang tidak merangsang atau menekan ekonomi.

Sejak proyeksi terakhir Maret lalu—yang dibuat sebelum Trump mengumumkan tarif besar-besaran—pandangan ekonomi telah bergeser. Sebagian tarif kini ditangguhkan dan masih dalam proses negosiasi. Survei Bloomberg terbaru menunjukkan hanya 10% ekonom memperkirakan resesi dalam 12 bulan ke depan, turun dari 26% pada April.

Meski begitu, The Fed diperkirakan akan menurunkan proyeksi pertumbuhan untuk tahun ini dan menaikkan estimasi inflasi 2025, sejalan dengan kondisi global dan kebijakan domestik.

Tarif, Inflasi, dan Sikap Powell

Meski inflasi April turun menjadi 2,1%, sedikit di atas target 2% The Fed, bank sentral masih menahan diri untuk menurunkan suku bunga. Powell kemungkinan akan kembali menegaskan bahwa risiko kenaikan harga tetap tinggi, terutama menjelang diberlakukannya tarif tambahan pada musim panas ini.

Pasar saat ini memproyeksikan penurunan suku bunga pertama paling cepat terjadi pada September, dengan kemungkinan tambahan satu kali pemangkasan pada Desember. Namun, Powell diprediksi akan tetap menghindari pernyataan eksplisit mengenai arah kebijakan jangka pendek.

Dalam konferensi pers, Powell juga mungkin akan ditanya tentang pertemuannya dengan Trump pada Mei lalu. Presiden Trump diketahui secara terbuka mendesak The Fed menurunkan suku bunga sebesar satu poin persentase untuk membantu menurunkan beban bunga utang negara.

Selain itu, pasar akan mencermati komentar Powell terkait kewenangan The Fed dalam membayar bunga atas simpanan perbankan (Interest on Reserve Balances/IORB). Wewenang ini, yang diberikan oleh Kongres sejak 2006 dan diterapkan sejak 2008, kini dipertanyakan setelah Senator Ted Cruz mengusulkan pencabutannya.

IORB dianggap sebagai instrumen penting dalam pengendalian suku bunga jangka pendek, terlebih di tengah posisi neraca The Fed yang tetap besar sejak krisis pandemi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper