Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Amerika Serikat atau AS mempertimbangkan upaya untuk memberlakukan tarif impor sebesar 15% selama 150 hari setelah pembatalan pemblokiran kebijakan serupa oleh Pengadilan Banding Federal. Sebelumnya, tarif trump diblokir pengadilan AS.
Melansir Reuters pada Jumat (30/5/2025), langkah tersebut merupakan kebijakan sementara untuk mengenakan tarif pada sebagian besar ekonomi global berdasarkan undang-undang yang berlaku. Wall Street Journal pertama kali melaporkan rencana ini dengan mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Pemerintah AS belum membuat keputusan akhir dan dapat menunggu untuk memberlakukan rencana apa pun setelah Pengadilan Banding Federal pada Kamis (29/5/2025) memberlakukan kembali tarif Trump yang paling luas secara sementara.
Keputusan tersebut membalikkan putusan pengadilan perdagangan AS blokir tarif Trump, yakni sebelumnya memerintahkan pemblokiran kebijakan tarif oleh Presiden AS Donald Trump.
Sebelumnya, Pengadilan Perdagangan Internasional dalam putusannya menyatakan bahwa presiden telah bertindak melampaui batas kewenangannya, dan bahwa kekuasaan untuk mengatur perdagangan luar negeri sepenuhnya berada di tangan Kongres.
“Pengadilan tidak menilai apakah penggunaan tarif oleh Presiden itu bijak atau efektif. Yang jelas, undang-undang tidak mengizinkannya,” tulis panel tiga hakim dalam putusan tersebut.
Baca Juga
Pengadilan menilai bahwa alasan darurat nasional tidak cukup untuk membenarkan tindakan sepihak tersebut di bawah Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional (IEEPA).
Sementara itu, putusan dari Pengadilan Banding Amerika Serikat untuk Sirkuit Federal di Washington yang mengabulkan banding Pemerintah AS tidak memberikan pendapat atau alasan pemberlakuan tarif itu.
Tetapi, pengadilan banding AS memerintahkan penggugat dalam kasus tersebut untuk menanggapi paling lambat pada 5 Juni dan administrasi paling lambat 9 Juni.
Pemerintahan Presiden Trump merespons positif pembatalan pemblokiran tersebut. Penasihat perdagangan Trump, Peter Navarro menyebut pihaknya akan terus berupaya mencari cara untuk memberlakukan kebijakan itu.
“Anda dapat berasumsi, bahkan jika kita kalah dalam kasus tarif, kita akan menemukan cara lain,” katanya dikutip dari BBC.
Perkembangan Negosiasi Tarif
Gedung Putih mengatakan proses banding dan putusan pengadilan tidak akan mengganggu negosiasi apa pun dengan mitra dagang utama yang dijadwalkan dalam beberapa hari ke depan.
Putaran keempat pembicaraan dengan Jepang dijadwalkan pada Jumat waktu setempat di Washington. Sementara itu, tim negosiasi perdagangan dari India akan menuju AS minggu depan untuk melakukan pembicaraan.
Kepala negosiator perdagangan Jepang Ryosei Akazawa mengindikasikan tujuannya untuk menyelesaikan pembicaraan tarif tepat waktu untuk pertemuan bulan Juni antara Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba.
Pernyataan Akazawa menyusul panggilan telepon antara Trump dan Ishiba yang berjanji untuk bertemu di sela-sela pertemuan puncak G-7 bulan depan.
Beberapa jam setelah itu, Trump mengindikasikan persetujuannya untuk kemitraan antara Nippon Steel Corp. dan United States Steel Corp., meningkatkan harapan bahwa presiden mungkin lebih bersedia mendengarkan posisi Jepang.
"Telah dipastikan bahwa para pemimpin kedua negara menantikan pertemuan mereka. Kami akan melakukan yang terbaik dengan mempertimbangkan hal itu," ungkap Akazawa.
Sementara itu, Menteri Keuangan Scott Bessent menyebut pembicaraan dagang antara AS dan China saat ini sedikit tersendat. Dia menyebut pembicaraan ini kemungkinan akan membutuhkan keterlibatan langsung Presiden Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping, untuk mencapai kesepakatan.
Bessent menyebut, suatu saat nanti Trump dan Xi akan melakukan panggilan telepon untuk membahas negosiasi perdagangan ini.
"Mengingat besarnya pembicaraan, mengingat kompleksitasnya ... ini akan mengharuskan kedua pemimpin untuk saling mempertimbangkan. Mereka memiliki hubungan yang baik, dan saya yakin bahwa China akan hadir di meja perundingan ketika Presiden Trump menyatakan pilihannya," kata Bessent.