Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPK Persoalkan Transaksi Produk Kilang Pertamina Bengkak Rp10 Triliun

BPK mengungkapkan indikasi pembengkakan transaksi biaya pengapalan atas harga jual produk kilang PT Kilang Pertamina Internasional ke PT Pertamina Patra Niaga.
Pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat
Pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan indikasi pembengkakan dalam transaksi biaya pengapalan atas harga jual produk kilang PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) kepada PT Pertamina Patra Niaga.

Hal itu berdasarkan temuan BPK yang termaktub dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II-2024.

Adapun, temuan potensi pembengkakan biaya pengapalan atas harga jual produk kilang KPI kepada Pertamina Patra Niaga terdapat dalam pemeriksaan terhadap pendapatan, biaya, dan investasi badan usaha milik negara (BUMN), dan badan lainnya.

Dalam laporan tersebut, BPK mengungkapkan kebijakan pengenaan komponen freight cost atas harga jual produk kilang KPI kepada Pertamina Patra Niaga tidak menggambarkan transaksi yang senyatanya.

"Karena penjualan produk kilang ke PT Pertamina Patra Niaga menggunakan incoterm free on board [FOB] yang artinya PT KPI hanya bertanggung jawab dalam menyalurkan produk sampai pada penyerahan produk di pelabuhan/terminal muat dan biaya pengangkutan menjadi beban/biaya PT Pertamina Patra Niaga," demikian tulis BPK dikutip Rabu (28/5/2025).

Akibatnya, PT KPI menerima pembayaran terlalu tinggi sebesar Rp10,09 triliun.

Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan direktur PT KPI agar mengkaji dan menyusun kembali formula transfer price untuk kontrak penjualan produk kilang KPI kepada Pertamina Patra Niaga.

Adapun, formula itu perlu disusun dengan mempertimbangkan biaya produksi, keuntungan perusahaan, ketentuan perpajakan dan mengutamakan nilai ekonomis bagi masyarakat pengguna akhir.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper