Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebut harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang berada di level Rp13.000 per kilogram merupakan angka yang stabil.
Ketua Umum Gapki Eddy Martono mengatakan saat ini harga CPO lokal berada di level Rp13.000 per kilogram dan tidak mengalami gejolak.
“Harga CPO Rp13.000 per kilogram termasuk normal, tidak tinggi dan tidak rendah, harga rata-rata antara Rp12.000–Rp13.000 per kilogram,” kata Eddy kepada Bisnis, Rabu (14/5/2025).
Namun, Eddy menjelaskan bahwa harga minyak sawit sangat tergantung dari kondisi pasokan minyak nabati lain, seperti minyak bunga matahari (sunflower) hingga minyak kedelai (soybean).
“Harga minyak sawit memang juga tergantung dengan kondisi minyak nabati lain, apabila minyak nabati lain supply-nya bagus ini dapat menekan harga minyak sawit,” terangnya.
Adapun, Gapki memproyeksi rata-rata harga CPO masih berada di kisaran Rp13.000-an per kilogram sepanjang 2025. Namun, lanjut dia, proyeksi harga tersebut dengan asumsi perang India dan Pakistan tidak berlangsung lama, begitu pula dengan perang tarif Amerika Serikat (AS) dan China.
Baca Juga
Di sisi lain, Eddy melihat laju ekspor CPO Indonesia akan menyasar ke beberapa negara, mulai dari China, India, Uni Eropa, Pakistan, hingga Bangladesh. Namun, sambung dia, untuk pengembangan pasar masih sangat memungkinkan ke Afrika, Timur Tengah, Russia, dan Asia Tengah.
“Saat ini sedang digarap adalah pasar Mesir, karena Mesir juga berpotensi sebagai hub untuk negara-negara Afrika,” tuturnya.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga menyebut harga CPO sudah terlampaui tinggi. Menurutnya, lebih baik harga CPO diturunkan, dengan asumsi harga turun dan volume tinggi.
”Harga CPO itu sudah ketinggian, salah itu Eropa bikin harga tinggi-tinggi, seharusnya Rp12.000 per kilogram sudah cukup, jadi Rp13.000 per kilogram itu sudah kemakmuran kita, malah nggak ada yang beli lagi minyak [CPO],” ujar Sahat saat ditemui di sela-sela acara Opening Ceremony dan Press Conference Palm Oil Expo Indonesia 2025 (Palmex) di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Berdasarkan catatan Bisnis, per 20 Februari 2025, harga minyak sawit mencapai US$1.270 per ton. Harganya lebih tinggi dibandingkan jenis minyak lain seperti minyak kedelai (soybean) yang mencatatkan US$1.102 per ton, minyak bunga matahari (sunflower) US$1.240 per ton, dan minyak rapeseed senilai US$1.149 per ton.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyebut lonjakan harga CPO ini berdampak pada tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang juga ikut terkerek.
“Jadi sekarang [harga CPO] sudah lebih tinggi. Otomatis karena ini menjadi komoditas perdagangan di dunia, harga TBS yang dijual petani sudah bagus, petani sangat happy dengan lebih dari Rp3.000 per kilogram. Ini bagi kita bagus,” ujar Mukti dalam acara Editorial Circle ‘Driving responsible growth for palm oil industry’ di UOB Plaza, Jakarta, Selasa (22/4/2025).
Kenaikan harga CPO yang sudah mulai bergerak naik memicu beberapa negara konsumen sudah mulai bergerak memproduksi minyak nabati alias minyak sayur, yang artinya tidak hanya mengandalkan sawit maupun bunga matahari.
Di sisi lain, Mukti menuturkan selama enam tahun terakhir produksi minyak sawit dalam negeri relatif stagnan di kisaran 51,2 juta ton—54,8 juta ton. Padahal, konsumsi dalam negeri terus mengalami kenaikan.
Data Gapki menunjukkan, konsumsi dalam negeri untuk sawit terus bergerak naik menjadi 45,22% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya di angka 42,32%. Bahkan, pada 2020, konsumsi minyak sawit dalam negeri hanya 33,63%.
Kenaikan konsumsi minyak sawit didorong oleh penggunaan biodiesel yang mencapai 11,44 juta ton pada 2024. Angkanya sudah melebihi penggunaan untuk pangan yang mencapai 10,2 juta ton. Secara total, konsumsi minyak sawit dalam negeri mampu mencapai 23,85 juta ton pada 2024.
Namun, total produksi minyak sawit relatif stagnan selama lima tahun terakhir, yakni di kisaran 51,2 juta—54,8 juta ton. Jika menengok periode 2024, produksinya hanya mencapai 52,76 juta ton. Rinciannya, sebanyak 4,59 juta ton produksi Palm Kernel Oil (PKO), sedangkan 48,16 juta ton produksi CPO.