Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) akan mencari pasar baru alias diversifikasi pasar untuk mengekspor komoditas minyak kelapa sawit mentah (CPO), imbas perang antara India dan Pakistan.
Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Kementan Ardi Praptono mengatakan jika menengok ketegangan militer yang terjadi antara India—Pakistan, perdagangan ekspor CPO Indonesia ke kedua negara berpotensi bisa turun.
“Kalau kami melihat perkembangan [perang India—Pakistan] sekarang, ini memang akan berpengaruh [pada ekspor CPO Indonesia]. Oleh karena itu, mitigasi itu menjadi penting. Kita harus penetrasi ke pasar-pasar baru,” kata Ardi saat ditemui di sela-sela Opening Ceremony dan Press Conference Palm Oil Expo Indonesia 2025 (Palmex) di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Ardi menegaskan pemerintah akan membuka pasar baru untuk mengekspor CPO, terutama di Afrika. Selain itu, Kementan juga membidik pasar lain di Asia Timur, seperti Mesir yang diklaim sudah ada permintaan ekspor CPO.
Dia menjelaskan, diversifikasi ini dilakukan juga seiring dengan pengenaan tarif timbal balım atau tarif resiprokal yang dikenakan Presiden AS Donald Trump terhadap Indonesia, meski saat ini masih ditunda selama 90 hari atau akan mulai berlaku pada 9 Juli 2025.
“Kami akan membuka pasar-pasar baru, terutama di Afrika dan lain-lain. Kita belajar pengalaman, dari kemarin dengan Amerika juga, kami akan fokus pada pembukaan pasar-pasar baru. Saya kira kalau kita sebagai produsen, kita tidak memikirkan bahan bapu, tinggal kita pemasaran,” tuturnya.
Baca Juga
Meski berpotensi akan menurunkan ekspor CPO, Ardi menyebut hingga saat ini Kementan belum menerima laporan atau keluhan dari perang India—Pakistan.
“Setahu saya kalau dari sisi Kementerian Pertanian belum ada. Cuma kami memitigasi dari pengalaman kemarin yang dilakukan di Amerika,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dia juga menyebut perang India—Pakistan juga akan memengaruhi harga CPO di pasar dunia, meski saat ini harganya disebut masih stabil. “Saya kira tentu akan berpengaruh, tetapi yang penting adalah kita memitigasi,” pungkasnya.
Dalam catatan Bisnis, India meluncurkan serangan rudal ke sejumlah wilayah Pakistan pada Rabu (7/5/2025). Serangan yang dinamakan “Operasi Sindoor” menargetkan 9 lokasi di Pakistan.
Mengutip Al Jazeera, India mengeklaim serangan tersebut bertujuan untuk menghancurkan “infrastruktur teroris” di Pakistan dan Kashmir, lokasi yang dikuasai Pakistan. Kemudian, India mengatakan serangan mereka terkendali dan tidak mengarah ke fasilitas militer Pakistan.
Sementara itu, juru bicara militer Pakistan, Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, mengonfirmasi rudal-rudal India menghantam empat lokasi di Punjab dan dua lokasi di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan. Serangan itu terjadi pada Rabu (7/5/2025) sekitar pukul 01.00 waktu setempat.
Adapun, penyerangan pada Rabu (7/5/2025) oleh India membuat Pakistan menyatakan sikap dengan menembak jatuh sebanyak 5 jet tempur India. Melansir Bloomberg, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif mengatakan insiden tersebut bukan merupakan tindakan permusuhan, melainkan langkah defensif untuk mempertahankan wilayah kedaulatan negara.
“Kami telah menyampaikan sejak dua minggu terakhir bahwa Pakistan tidak akan pernah menjadi pihak pertama yang memulai permusuhan terhadap India. Namun, jika India menyerang, kami akan merespons. Dan jika India mundur, kami pun akan segera menghentikan respons kami,” ujar Asif seperti dilansir Bloomberg.