Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia dan Malaysia Siap Tampung Pesawat Boeing 'Buangan' China

Boeing mencari pelanggan baru usai 3 pesawat Boeing 737 MAX dikembalikan China, salah satunya Indonesia
Boeing 737 MAX. Dok Boeing
Boeing 737 MAX. Dok Boeing

Bisnis.com, JAKARTA — Tiga unit pesawat Boeing 737 MAX, yang semula dijadwalkan untuk dikirim ke maskapai China, dikembalikan ke Amerika Serikat usai perang dagang AS-China memanas beberapa waktu terakhir. Boeing pun kini mencari pelanggan baru untuk menyerap pesawat-pesawat tersebut.

Berdasarkan pemberitaan Reuters, CEO Boeing Kelly Ortberg menyampaikan bahwa banyak pelanggan mereka di China menolak menerima pengiriman pesawat baru akibat tarif impor yang diberlakukan sebagai bentuk balasan dari Pemerintah China terhadap kebijakan dagang Amerika Serikat.

“Karena adanya tarif, banyak pelanggan kami di China menyatakan tidak akan menerima pesawat tersebut,” kata Ortberg dikutip Kamis (24/4/2025). 

Tiga unit pesawat yang dimaksud adalah model 737 MAX 8. Dua di antaranya sempat dikirim ke China untuk Xiamen Airlines pada Maret lalu, tetapi kini telah kembali ke pusat produksi Boeing di Seattle, AS.

Sementara satu unit lainnya, yang awalnya dibuat untuk Air China, diterbangkan kembali ke wilayah AS di Guam dari pusat perakitan Boeing di Zhoushan, dekat Shanghai, pada Kamis (24/4/2025).

Perusahaan kini membuka opsi untuk memasarkan kembali total 41 unit pesawat yang sudah jadi, maupun yang tengah diproduksi untuk pelanggan China, termasuk tiga pesawat yang dikembalikan.

“Kami tidak akan terus memproduksi pesawat untuk pelanggan yang tidak akan mengambilnya,” tegas Ortberg.

Chief Financial Officer (CFO) Boeing Brian West menambahkan bahwa sekitar 10% dari daftar tunggu (backlog) pesawat komersial perusahaan berasal dari pelanggan China. Sebelumnya, Boeing berencana mengirimkan sekitar 50 unit pesawat baru ke negara tersebut sepanjang 2025.

West mengatakan pihaknya juga tengah berdiskusi dengan pelanggan terkait sembilan pesawat lain yang belum masuk produksi, untuk menentukan apakah pengiriman masih dilanjutkan atau dialihkan ke pihak lain.

Sementara itu, data dari Aviation Flights Group mencatat ada 36 unit pesawat untuk pelanggan China yang kini berada di AS dalam berbagai tahap produksi dan pengujian. Boeing juga mencatat ada 130 pesanan belum terpenuhi dari maskapai dan perusahaan leasing China, termasuk 96 unit untuk tipe 737 MAX.

Indonesia dan Malaysia Sambut Positif

Menhub Dudy Purwagandhi membuka kemungkinan bagi maskapai Indonesia untuk membeli pesawat Boeing yang sebelumnya dikembalikan oleh maskapai-maskapai asal China. Pemerintah menyerahkan sepenuhnya keputusan tersebut kepada masing-masing operator penerbangan.

Menhub Dudy Purwagandhi menyatakan bahwa selama maskapai penerbangan menilai opsi pembelian tersebut menguntungkan dan sesuai dengan kebutuhan operasional mereka, maka langkah tersebut bisa diambil. Terlebih, kebutuhan akan penambahan armada pesawat di Indonesia masih cukup tinggi.

“Ya kita serahkan ke airline [maskapai]. Kalau airline memandang bahwa dengan kondisi mereka bisa mendatangkan pesawat atau bisa memanfaatkan situasi, mungkin bagus karena kita memang masih membutuhkan pesawat yang lebih banyak,” kata Dudy di Jakarta, Rabu (24/4/2025).

Dudy menegaskan bahwa opsi pembelian pesawat Boeing yang dikembalikan oleh maskapai China terbuka secara regulasi dan teknis. Menurutnya, apabila harga dan kondisi pesawat cocok, serta sesuai dengan kebutuhan maskapai, maka opsi tersebut patut dipertimbangkan.

“Dimungkinkan, pastinya dimungkinkan,” jawab Menhub.

Setali tiga uang, Malaysia juga membuka diri untuk menerima pesawat Boeing 'buangan' dari China. Perusahaan induk Malaysia Airlines, Malaysia Aviation Group (MAG), sedang berunding dengan Boeing tentang pengadaan pesawat baru yang akan tersedia jika maskapai penerbangan China berhenti menerima pengiriman.

Berdasarkan laporan Bernama yang dilansir dari Reuters pada Senin (21/4/2025), Direktur Pelaksana MAG Izham Ismail mengatakan bahwa jika slot pengiriman Boeing tersedia sebagai akibat dari perang tarif antara Amerika Serikat dan China, pihaknya memandang ini sebagai peluang untuk mengamankan pengiriman lebih awal dari yang diharapkan.

"MAG sedang berdiskusi dengan Boeing tentang apakah kami dapat mengambil alih slot tersebut," kata Ismail.

MAG yang dimiliki oleh sovereign wealth fund Malaysia, Khazanah Nasional, telah terus mengembangkan dan memperbarui armadanya serta bertujuan untuk mengoperasikan armada pesawat berbadan sempit yang terdiri dari 55 pesawat Boeing 737 MAX generasi baru pada tahun 2030.

Bulan lalu, perusahaan itu mengatakan akan membeli 18 pesawat 737 MAX 8 dan 12 pesawat 737 MAX 10, dengan opsi untuk membeli 30 jet lagi.

Perusahaan itu juga memiliki kesepakatan untuk menyewa 25 jet 737 MAX dari Air Lease Corp yang akan dibuka antara 2023 dan 2026.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper