Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Center of Reform on Economics atau Core Indonesia Yusuf Rendy Manilet mewanti-wanti potensi terjadinya pemutusan hubungan kerja alias PHK setelah terungkapnya data indeks keyakinan konsumen turun tiga bulan berturut-turut.
Yusuf menjelaskan penurunan indeks keyakinan konsumen mencerminkan kekhawatiran yang semakin nyata terhadap prospek ekonomi dalam waktu dekat. Apalagi, sambungnya, indikator lain juga menunjukkan prospek pelemahan ekonomi.
Dia mencontohkan, sebelumnya Bank Indonesia juga memperkirakan indeks penjualan riil (IPR) pada Februari 2025 terkontraksi sebesar 0,5% secara tahunan dan tumbuh melambat 0,8% secara bulanan (dari 5,9% pada Januari).
Bahkan, sambungnya, jumlah pemudik justru dilaporkan mengalami penurunan pada momen Lebaran 2025. Menurut Yusuf, hal itu merupakan sinyal bahwa banyak masyarakat menahan pengeluaran untuk perjalanan, yang biasanya menjadi indikator keyakinan atas kondisi keuangan pribadi.
"Dalam konteks ini, penurunan indeks keyakinan konsumen selama tiga bulan berturut-turut, yang kini berada di level 121,1, menjadi cerminan lanjutan dari keresahan tersebut," ujar Yusuf kepada Bisnis, Selasa (15/4/2025).
Dia pun melihat indikator tersebut merupakan sinyal dini konsumsi rumah tangga sedang mengalami tekanan. Masalahnya, jika konsumen mulai pesimis terhadap penghasilan dan prospek kerja maka pengeluaran cenderung ditahan terutama untuk barang-barang non-esensial.
Baca Juga
"Akibatnya, permintaan terhadap produk menurun, yang kemudian memaksa pelaku usaha untuk mengurangi produksi, menunda investasi, atau bahkan melakukan efisiensi tenaga kerja," jelas Yusuf.
Sementara dari perspektif investor, pelemahan indikator-indikator ekonomi—baik dari sisi konsumsi hingga mobilitas masyarakat—bisa terbaca sebagai sinyal melambatnya perekonomian.
Yusuf khawatir kondisi tersebut membuat investor ragu untuk menanamkan modal, terlebih sektor konsumsi yang selama ini dianggap tangguh mulai menunjukkan tanda-tanda kelesuan.
Sebagai informasi, Indeks Keyakinan Konsumen menurun 5,3 poin dari 126,4 pada Februari 2025 menjadi 121,1 pada Maret 2024. Survei yang dilakukan Bank Indonesia itu menandai penurunan keyakinan konsumen dalam tiga bulan beruntun.
Sebelumnya, juga terjadi penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 0,8 poin Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Februari 2025 dan 0,5 poin pada Januari 2025.
IKK menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi mereka terhadap masa depan. IKK merupakan indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan konsumsi dan tabungan rumah tangga.
IKK menggunakan tahun acuan dengan nilai 100. Artinya indeks kepercayaan konsumen pada Maret 2025 (121,1) masih berada di zona optimistis atau di atas nilai acuan.
"Survei Konsumen Bank Indonesia pada Maret 2025 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi terjaga," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya, Selasa (15/4/2025).
Lebih lanjut, Denny menjelaskan bahwa tetap kuatnya keyakinan konsumen pada Maret 2025 ditopang oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang juga masih berada di level optimis.
Hanya saja, IKE tercatat sebesar 110,6, lebih rendah dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya sebesar 114,2. Begitu juga IEK yang berada di level optimis 131,7, tapi lebih rendah dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya sebesar 138,7