Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil Mau Tambah Impor LPG & Minyak dari AS Senilai Rp167 Triliun Lebih

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengusulkan penambahan impor LPG dan minyak dari AS dengan nilai lebih dari US$10 miliar untuk negosiasi tarif Trump.
Pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat
Pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap rencana penambahan kuota impor liquefied petroleum gas (LPG) dan minyak dari Amerika Serikat (AS) dengan nilai lebih dari US$10 miliar atau sekitar Rp167,73 triliun (asumsi kurs Rp16.773 per US$)

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, penambahan volume impor LPG dari AS tersebut menjadi upaya pemerintah Indonesia untuk menekan surplus neraca perdagangan dengan AS yang mencapai US$14,6 miliar, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). 

"Kami mengusulkan dari ESDM adalah pertama kita mengimpor sebagian minyak dari Amerika dengan menambah kuota impor kita, LPG yang angkanya kurang lebih di atas US$10 miliar," kata Bahlil kepada wartawan di JCC Senayan, Selasa (15/4/2025). 

Indonesia perlu mempersempit defisit neraca perdagangan AS sebagai negosiasi menurunkan tarif resiprokal atau timbal balik sebesar 32% yang dikenakan AS atas produk asal RI. 

"Kalau ini aja kita geser maka defisit neraca perdagangan kita dengan Amerika itu tidak akan terjadi lagi, neraca kita balance, ini yang akan kita lakukan," jelasnya. 

Adapun, selama ini impor minyak Indonesia sebagian besar berasal dari Singapura, Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika Latin, sedangkan sekitar 54% impor LPG RI berasal dari AS. Demi meningkatkan impor dari AS, pembelian LPG dan minyak dari negara-negara tadi pun bakal dikurangi. 

Bahlil juga sebelumnya berharap pembelian LPG dan minyak dari AS bisa meningkatkan impor dan investasi dari AS ke Indonesia. 

"Bahwa kemudian ada komunikasi bilateral mereka butuh critical mineral kita, monggo kita terbuka, kita sangat terbuka dan senang, karena Amerika dan kita hubungannya baik," tuturnya. 

Untuk diketahui, sebelumnya, Bahlil memastikan pihaknya juga menghitung tingkat keekonomian impor dari AS. Pasalnya, impor dari AS kemungkinan membutuhkan biaya lebih besar. 

Menurut Bahlil, hal ini terjadi karena biaya transportasi dari AS lebih tinggi dibandingkan Timur Tengah. 

"Harga LPG dari Amerika sama dengan dari Middle East. Jadi, saya pikir semua ada cara untuk kita menghitung dalam bisnis kan yang penting adalah produk yang diterima di negara kita adalah dengan harga yang kompetitif," terangnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper