Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha petelur ayam memastikan pasokan telur dalam negeri bakal melimpah meski program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyasar 82,9 juta penerima bergulir.
Untuk diketahui, Badan Gizi Nasional Indonesia (BGN) membutuhkan 400.000 ton telur per tahun untuk memenuhi program MBG.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU) Ahmad Dawami menyebut volume telur yang dibutuhkan BGN untuk MBG diperkirakan akan tercapai dalam waktu dua tahun ke depan. Hal ini seiring dengan penerima MBG yang akan terealisasi secara bertahap.
“Kalau benar 400.000 ton [telur] per tahun yang dibutuhkan di Indonesia untuk MBG, itu akan berjalan kira-kira mungkin dua tahun yang akan datang. Karena MBG ini kan tidak langsung segitu banyak, tapi bertahap,” kata Dawami saat dihubungi Bisnis, Rabu (9/4/2025).
Dawami menyampaikan bahwa di tahun ini tahun ini terjadi peningkatan sekitar 8%—9% dalam jumlah impor stok grandparent atau induk ayam petelur untuk ayam petelur.
Dengan peningkatan impor ini, diharapkan dalam 2–3 tahun ke depan produksi telur ayam akan meningkat sekitar 10%.
Baca Juga
Artinya, lanjut Dawami, jika BGN membutuhkan 400.000 ton telur ayam per tahun, maka setidaknya dalam satu hari perlu sekitar 1.000 ton telur ayam. Di sisi lain, produksi telur ayam Indonesia sudah mencapai 14.000 ton per hari.
“Dan itu pun baru 2–3 tahun ke depan baru akan bertambah sebanyak itu. Di mana impor ayam juga sudah ditambah, sehingga tidak perlu dikhawatirkan, telur tidak akan kekurangan,” jelasnya.
Dia juga menyebut telur yang diekspor ke Amerika Serikat (AS) tidak akan mengganggu program MBG. “Tidak ada pengaruh sama sekali, santai saja,” imbuhnya.
Terlebih, Dawami mengungkap populasi ayam petelur di Indonesia saat ini sudah lebih dari 300 juta ekor, bahkan mencapai 320 juta—380 juta ekor.
Di sisi lain, Dawami menambahkan bahwa Indonesia sendiri sudah memiliki langkah-langkah pencegahan untuk flu burung, termasuk vaksin-vaksin yang lengkap. Menurutnya, jika ditemukan kasus flu burung, maka penyebarannya dapat terkendali dan tidak akan meluas.
“Pencegahan flu burung kan sudah ada. Vaksin-vaksinnya sudah lengkap. Kalau ternyata ada itu ya paling tidak akan menyebar ke mana-mana,” jelasnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN) Alvino Antonio mengatakan bahwa saat ini produksi telur ayam berlebih dan memiliki stok yang melimpah. Apalagi, pihaknya juga mampu memproduksi minimal 24 juta butir telur per hari.
Untuk itu, Alvino memastikan stok telur untuk program MBG akan tetap aman. Sebab, 82,9 juta pemerima manfaat setara dengan 82,9 juta butir telur, di mana konsumsi telur untuk program MBG setidaknya hanya 1–2 kali dalam sepekan.
“Yang paling penting yang bayarnya harus jelas siapa yang bayar dan term of payment tepat waktu,” ujar Alvino kepada Bisnis.
Sebelumnya, Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan bahwa setiap satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang melayani 3.000 siswa membutuhkan 3.000 telur setiap sekali masak.
Sementara itu, jumlah telur akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya penerima manfaat menjadi 82,9 juta orang. Dadan menyebut, Indonesia membutuhkan 400.000 ton telur untuk memasok program MBG dalam satu tahun.
“Kalau 82,9 juta [penerima manfaat MBG] sudah dilaksanakan pada November, maka setiap kali masak butuh 82,9 juta telur. Itu artinya berapa? 5.000 ton [telur]. Kalau dua kali saja seminggu kita masak maka butuh 10.000 ton [telur]. Artinya, kalau 1 tahun itu butuh 400.000 ton telur,” ujar Dadan dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI: Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Nasional di Menara Mandiri Sudirman, Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Di lain sisi, Dadan menyoroti neraca komoditas telur yang surplus, dengan mencatatkan surplus 200.000 ton telur per tahun. Alhasil, dengan adanya surplus ini membuat Indonesia bisa mengekspor telur ke Negeri Paman Sam.
Menurut Dadan, 200.000 ton telur yang surplus itu bisa cepat terserap jika program MBG sudah menjangkau 82,9 juta penerima manfaat pada akhir November 2025.
“Kalau Badan Gizi sudah melaksanakan program makan bergizi dan melayani 82,9 juta [penerima manfaat], maka yang 200.000 [ton telur] itu sebentar saja langsung terserap, Pak Presiden,” ujarnya.
Dadan menilai perlu adanya peternak telur ayam baru guna memenuhi permintaan telur di program prioritas yang diusung Presiden Prabowo Subianto.
“Kalau tidak ada entrepeneur baru yang menghasilkan peternak baru, maka nanti kita akan membatasi penggunaan telurnya karena akhirnya akan kurang 200.000 ton,” tutupnya.