Bisnis.com, JAKARTA - Analis Morgan Stanley memangkas pandangan terhadap bank besar dan menengah Amerika Serikat (AS) di tengah prediksi tarif Presiden Donald Trump meningkatkan risiko resesi dan semakin melemahkan aktivitas pasar modal.
Dilansir Bloomberg pada Senin (7/4/2025), analis Morgan Stanley memangkas pandangan terhadap sektor perbankan AS dari atraktif ke in-line, berdasarkan catatan bertanggal 7 April 2025.
Analis Morgan Stanley juga memangkas pandangan sektor mereka terhadap industri penasihat keuangan dan saham keuangan konsumen.
"Perkembangan perdagangan menggeser pertimbangan dasar kami ke perlambatan produk domestik bruto yang signifikan, dengan risiko skenario resesi bearish kami meningkat tajam," tulis analis, termasuk Betsy Graseck, dalam sebuah catatan.
Para analis menambahkan peningkatan ketidakpastian ekonomi juga kemungkinan akan menunda pemulihan material dalam aktivitas pasar modal.
Dalam perdagangan prapasar hari Senin, saham-saham bank semuanya turun bersamaan dengan saham berjangka AS. Penurunan tak berlanjut lebih dalam karena Kepala Eksekutif JPMorgan Chase & Co. Jamie Dimon mendesak penyelesaian cepat terhadap kebijakan tarif.
Baca Juga
Saham-saham juga terpukul pada minggu lalu, dengan pasar ekuitas global merugi sekitar US$9,5 triliun. Sementara, saham bank besar AS anjlok hari Jumat, mencatat penurunan dua hari terbesar sejak Maret 2020.
Saham Goldman Sachs Group dipangkas dari overweight menjadi equal-weight, dengan alasan paparannya terhadap pendapatan investment bankng, dilihat memiliki respons paling cepat dalam sektor keuangan terhadap risiko resesi dan memburuknya kondisi pasar, jauh lebih cepat daripada pertumbuhan pinjaman di bank komersial tradisional.
Sementara, saham Goldman turun 3,5% sebelum pasar dibuka. Para analis melihat manajemen bank besar memangkas proyeksi pendapatan saat bank mulai melaporkan laba akhir minggu ini.
JPMorgan, Wells Fargo & Co. dan Morgan Stanley akan memulai laporan pada 11 April 2025. "Dengan volatilitas pasar baru-baru ini, jelas prospek perbankan investasi dan biaya kekayaan perlu diredam," tulis analis Morgan Stanley.
Adapun, saham JPMorgan, Citigroup Inc. dan Bank of New York Mellon Corp disebut menjadi yang paling ditunggu laporan keuangannya.