Bisnis.com, JAKARTA — Berdasar hasil survei terbarunya, BSI Institute memproyeksikan perputaran uang mencapai Rp1.024,97 triliun selama momen Ramadan 2025.
Dalam Survei Bank Syariah Indonesia (BSI) Institute menanyakan pola perilaku individu dalam mempersiapkan bulan Ramadan. Hasilnya, 64,75% responden mengaku menambah pengeluaran untuk bulan Ramadan, dengan mayoritas alokasi tambahan sebesar Rp1 juta sampai dengan Rp3 juta.
Jumlah penambahan pengeluaran itu mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan hasil penelitian tahun sebelumnya yang menunjukkan rata-rata penambahan alokasi pengeluaran untuk bulan Ramadan sebesar Rp500 ribu sampai dengan Rp1 juta.
BSI Institute memperkirakan sebanyak 112,10 juta penduduk Muslim mengalokasikan tambahan pengeluaran sebesar Rp1-3 juta selama Ramadan 2025. Proyeksi perputaran uang dari tambahan pengeluaran tersebut adalah sebesar Rp303,19 triliun.
Sementara itu, secara keseluruhan BSI Institute memproyeksikan perputaran uang pada periode Ramadan tahun ini dapat mencapai Rp1.024,97 triliun."Angka yang tentunya tidak sedikit di tengah kondisi ekonomi saat ini, " ujar Peneliti Senior BSI Institute Priyesta Rizkiningsih dalam laporan BSI Institute Quarterly Volume I 2025, dikutip Senin (31/3/2025).
Lebih lanjut, responden mengaku tambahan pengeluaran paling banyak berasal dari bonus dan THR (89,79%). Selain itu, masih terdapat responden yang mendapatkan penghasilan tambahannya dari mengikuti kegiatan arisan bersama (5,95%).
Baca Juga
Di samping itu, paling banyak responden menggunakan alokasi tambahan pengeluarannya untuk keperluan makanan (35,7%), kemudian menunaikan zakat, infak, sedekah (25,98%), diikuti oleh pengeluaran untuk pakaian dan produk fesyen lainnya (25,65%), dan hadiah (11,45%).
"Hal ini mencerminkan bahwa skala prioritas responden masih menunjukkan alokasi tersebut digunakan untuk kebutuhan pokok seperti makanan," jelas Priyesta.
Menurutnya, pengeluaran untuk konsumsi sejak menjelang Ramadan hingga Idulfitri didorong oleh tradisi masyarakat Indonesia seperti munggahan atau makan bersama sebelum dimulainya bulan Ramadan. Di Aceh misalnya, adanya tradisi “meugang” atau dikenal dengan tradisi mengkonsumsi daging sehari sebelum bulan Ramadan dan sehari sebelum Idulfitri sehingga dapat meningkatkan nilai konsumsi di wilayahnya.
Selain itu, survei menunjukkan kebanyakan responden (35,05%) melakukan konsumsi karena ingin lebih banyak berbagi dengan sesama. Khusus untuk Gen Z, kebanyakan (32,15%) mengaku motivasi untuk melakukan konsumsi karena bertebarnya promosi hingga diskon—berbeda dengan generasi lain yang lebih karena berbagai dengan sesama.
"Peningkatan konsumsi dan perdagangan, penggerak ekonomi lokal, dan peningkatan pendapatan merupakan beberapa contoh dari peran hari-hari besar Islam sebagai penggerak ekonomi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk memaksimalkan potensi ekonomi hari-hari besar Islam sehingga dapat menjadi penopang ekonomi nasional," simpul Priyesta.
Sebagai informasi, survei BSI Institute ini dilakukan terhadap 3.029 responden individual yang tersebut di sepuluh wilayah di Indonesia yaitu, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.