Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tinjauan Moody's ke Ekonomi RI: Waspada Tarif Trump hingga Penerimaan Belum Optimal

Indonesia harus terus mencermati dampak kebijakan tarif impor Trump dan kondisi basis penerimaan negara yang belum optimal, agar ekonomi bisa tumbuh optimal.
Presiden AS Donald Trump saat konferensi pers di Gedung Putih di Washington, DC, AS, Senin, (24/2/2025). / Bloomberg-Al Drago
Presiden AS Donald Trump saat konferensi pers di Gedung Putih di Washington, DC, AS, Senin, (24/2/2025). / Bloomberg-Al Drago

Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investor Service melaporkan tinjauan berkalannya terhadap ekonomi Indonesia, yang menunjukkan bahwa pemerintah perlu mewaspadai kebijakan tarif impor dari Presiden AS Donald Trump.

Moody’s memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid dengan pertumbuhan PDB riil rata-rata sekitar 5,0% untuk tahun 2025 dan 2026.

Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang relatif kuat, serta volume komoditas yang stabil yang akan mendukung pertumbuhan ekspor.

“Namun, Moody’s menilai bahwa pemerintah perlu mewaspadai perlambatan akibat dinamika global seperti perang tarif,” tulis laporan tersebut yang tercantum dalam keterangan resmi Kementerian Keuangan, dikutip pada Jumat (21/3/2025).

Pada dasarnya, tinjauan ini dilakukan melalui Komite Penilaian yang diadakan pada 7 Maret 2025 untuk mengevaluasi kembali kesesuaian peringkat dengan dinamika terkini, tetapi tidak menjadi dasar penetapan rating baru (non-rating action) sehingga peringkat kredit Indonesia masih tetap pada level Baa2 dengan outlook stabil.

Moody's menilai bahwa profil kredit Indonesia tetap kuat dengan peringkat Baa2, didukung oleh ketahanan ekonomi yang berkelanjutan.

Faktor struktural seperti sumber daya alam yang melimpah dan demografi yang kuat menjadi pilar utama yang mendukung stabilitas ekonomi Indonesia.

Selain itu, kebijakan fiskal dan moneter yang dikelola dengan baik dalam menjaga disiplin fiskal, stabilitas makroekonomi serta inflasi, dianggap memperkuat profil kredit Republik ini.

Beban utang Indonesia diperkirakan tetap stabil dan pada tingkat yang relatif rendah jika dibandingkan dengan ukuran ekonominya dan negara sekawasan atau peerssementara Fitch memprediksikan rasio utang pemerintah akan mengalami penurunan dalam 3 tahun mendatan.

Pada saat yang sama, Moody’s melilhat Indonesia masih menghadapi tantangan terkait pendapatan negara yang belum optimal.

“Meskipun terdapat tantangan dalam kondisi fiskal yang lebih luas, terutama dalam hal masih belum optimalnya basis pendapatan negara, situasi ini diyakini Moody’s masih terkelola dengan baik,” lanjutnya. 

Di tengah kewaspadaan global maupun dalam negeri, Moody's juga mencatat terdapat potensi untuk meningkatkan peringkat jika upaya berkelanjutan Indonesia untuk memperluas ukuran dan daya saing sektor manufaktur dan komoditas berhasil.

Selain itu, penguatan pada aspek pendapatan pemerintah dan fleksibilitas fiskal, peningkatan pertumbuhan dan daya saing ekonomi, serta pendalaman pasar keuangan turut menjadi faktor-faktor yang akan memberikan peluang peningkatan Sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia ke depan.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengapresiasi penilaian yang diberikan oleh Moody's, karena mencerminkan upaya keras pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan fiskal.

“Pemerintah akan terus berkomitmen untuk memperkuat fondasi ekonomi Indonesia dan memastikan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan," ujar Sri Mulyani.

Ke depan, Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah bersama Bank Indonesia senantiasa memperhatikan berbagai dinamika dan risiko global yang terjadi, sekaligus terus berupaya dalam menjaga daya beli masyarakat, mengendalikan inflasi, menjaga nilai tukar rupiah serta mempertahankan momentum pemulihan ekonomi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper