Bisnis.com, JAKARTA — Defisit APBN Januari 2025 tercatat sebesar Rp23,5 triliun atau 0,10% terhadap produk domestik bruto atau PDB.
Hal itu terungkap dalam dokumen APBN KiTa edisi Februari 2025, yang berisi laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) per Januari 2025. Dokumen itu akhirnya dirilis oleh Kementerian Keuangan setelah dinantikan oleh publik dan investor.
Kemenkeu melaporkan bahwa pendapatan negara pada Januari 2025 mencapai Rp157,3 triliun. Jumlahnya turun 28,2% (year on year/YoY) dari realisasi Januari 2024 senilai Rp219,3 triliun.
Realisasi belanja negara pada Januari 2025 tercatat senilai Rp180,8 triliun, turun tipis 1,8% (YoY) dari realisasi belanja negara Januari 2024 senilai Rp184,2 triliun. Posisi belanja yang lebih besar dari pendapatan membuat APBN defisit.
Defisit anggaran pada Januari 2025 tercatat senilai Rp23,5 triliun atau 0,10% terhadap PDB.
Posisinya berbalik jika dibandingkan dengan Januari 2024 ketika APBN mengalami surplus Rp35,1 triliun atau 0,16% terhadap PDB.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Kemenkeu, ini kali pertama APBN mengalami defisit lagi pada Januari. Pasalnya, pada 2022 hingga 2024 APBN masih mengalami surplus pada bulan pertama.
Terakhir kali APBN mengalami defisit pada bulan pertama adalah 2021 lalu. Pada Januari kala itu, APBN defisit Rp45,5 triliun atau 0,27% terhadap PDB.
Terdapat faktor tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan defisit APBN terjadi pada Januari 2021.
Adapun, pembiayaan anggaran pada Januari 2025 tercatat senilai Rp154 triliun. Jumlahnya naik 43,5% dari realisasi pembiayaan anggaran Januari 2024 senilai Rp107,3 triliun.
Keseimbangan primer APBN Januari 2025 tercatat senilai Rp10,61 triliun, jumlahnya turun 83,7% (YoY) dari posisi keseimbangan primer Januari 2024 senilai Rp65,25 triliun.
Dokumen APBN KiTa edisi Februari 2025 muncul di situs resmi Kemenkeu pada Rabu (12/3/2025) pagi. Namun, ketika Bisnis memeriksanya lagi pada pukul 11.34 WIB, dokumen itu sudah tidak tersedia.