Tahan Ekspansi dan Stop Lapangan Kerja
Para anggota pemerintahan Trump telah mengatakan bahwa mereka menginginkan imbal hasil obligasi yang lebih rendah, karena hal ini akan membuat pembiayaan pemerintah lebih murah dan pada akhirnya akan menguntungkan konsumen melalui suku bunga kredit rumah dan kredit kendaraan bermotor yang lebih rendah.
Sebagai tanda ekonomi AS semakin gelap, raksasa ritel AS Target pada hari Selasa mengatakan bahwa mereka memperkirakan sedikit atau tidak ada pertumbuhan penjualan tahun ini. CEO Target Brian Cornell mengatakan kepada CNBC bahwa harga yang lebih tinggi akan segera terjadi.
Raksasa ritel Walmart dan peritel elektronik Best Buy juga baru-baru ini memperingatkan kenaikan harga karena makanan yang diimpor dari Meksiko sekarang terkena pungutan 25%.
“Konsumen kemungkinan akan melihat kenaikan harga dalam beberapa hari ke depan,” kata Cornell.
Kepala ekonom National Retail Federation Jack Kleinhenz mengatakan bahwa usaha kecil akan menghadapi pilihan yang lebih sulit, karena tidak memiliki pengaruh seperti perusahaan seperti Target untuk membagi kenaikan biaya, dan kemungkinan akan mengurangi investasi dan perekrutan.
Baca Juga
Kleinhenz menuturkan kenaikan harga akan terjadi ke depan dan sektor bisnis wait and see karena ketidakpastian prospek bisnis ke depannya.
“Ketika mereka tidak tahu seperti apa masa depan, mereka akan mengatakan mari kita tahan dulu investasi. Mari kita menahan diri untuk tidak melakukan perekrutan,” tuturnya.
Potensi perubahan cepat dalam prospek ekonomi AS terjadi setelah negara ini melaju melalui masa-masa kinerja terbaik di dunia - dengan pertumbuhan di atas tren, inflasi yang menurun, dan lebih dari tiga tahun dengan tingkat pengangguran di sekitar atau di bawah 4%, tingkat yang oleh banyak ekonom dianggap sebagai lapangan kerja penuh.
Sementara kepala ekonom di EY Gregory Daco melihat ketahanan ekonomi beserta keistimewaannya selama dua tahun ini, mulai menunjukkan beberapa celah kelemahan. Jika tarif tetap berlaku, peluang AS untuk resesi lebih dari 50%.
“Kami melihat semakin sedikit konsumen yang melakukan pembelanjaan yang lebih besar, dan kami melihat bahwa baik sentimen maupun pendapatan, yang merupakan pilar penting dalam aktivitas pembelanjaan konsumen, keduanya melemah,” katan Daco.
The Fed
Federal Reserve atau The Fed pada akhirnya juga akan menentukan hasil akhir dari kebijakan tarif Trump. Apakah mereka melihat risiko inflasi yang lebih tinggi lebih atau kurang merusak daripada kemungkinan dampaknya terhadap pertumbuhan dan kenaikan pengangguran.
Melalui sebagian besar perjuangannya baru-baru ini dengan inflasi, bank sentral AS memiliki yang terbaik dari kedua dunia, dengan konsumen yang membelanjakan uangnya secara bebas mendukung pertumbuhan, investasi federal menambah ekspansi, dan inflasi masih turun karena rantai pasokan global memperbaiki diri setelah krisis Covid-19.
Tindakan awal Trump telah menambah risiko di sekitar semua aspek ekonomi tersebut, dengan dukungan fiskal yang berpotensi berubah menjadi negatif di tengah pemecatan massal pekerja federal dan pembatalan kontrak pemerintah, harga-harga di bawah tekanan tarif, dan konsumen yang terjebak di tengah-tengah.
Pemicunya kali ini mungkin adalah kebijakan perdagangan domestik, bukan politik Timur Tengah, namun hal ini mungkin masih membuat bank sentral mengalami kesulitan yang serupa dengan yang dihadapi oleh mantan Ketua The Fed, Paul Volcker, yaitu apakah akan mengambil risiko resesi untuk menjinakkan inflasi.
Berbeda dengan pengertian umum, sampai saat ini, bahwa bank sentral hampir memperbaiki inflasi tanpa membayar harga dalam hal pertumbuhan yang lebih lambat.
Presiden Fed St Louis Alberto Musalem menilai skenario yang kurang menguntungkan tetapi masuk akal juga harus dipertimbangkan.
“Dalam skenario ini, inflasi terhenti di atas 2% atau naik sementara pada saat yang sama pasar tenaga kerja melemah,” ungkapnya.