Bisnis.com, JAKARTA - Fenomena rencana hengkangnya pabrik yang ada di Indonesia marak terjadi di Indonesia, terbaru yakni pabrik Sanken Indonesia, Yamaha Musical Product Asia, dan Asians Product.
Guru Besar Universitas Paramadina Ahmad Badawi Saluy mengatakan fenomena tersebut dilihatnya sebagai bentuk ketidaknyamanan investor akan kondisi industri dalam negeri.
Dia pun melihat sejumlah industri asing yang sebelumnya memproduksi barang industri di Indonesia kabur ke negara tetangga, seperti Vietnam, Thailand, hingga India.
“Kalau ditanya ini pertanda bahwa negara kita tidak baik-baik saja? Oh iya, kalau Indonesia baik-baik saja tidak mungkin mereka hengkang, kalau mereka nyaman mendapatkan keuntungan gak mungkin mereka lari," kata Badawi, beberapa waktu lalu.
Dia tak memungkiri bahwa hengkangnya sejumlah industri keluar Indonesia tak lepas dari kondisi dan situasi iklim usaha dalam negeri. Menurut dia, investor melihat Indonesia prospektif. Namun, terdapat ketidaknyamanan dalam berusaha.
Kondisi inipun memicu badai PHK imbas banyaknya pabrik yang menutup operasinya, baik karena kebangkrutan maupun hengkangnya investor asing dari Indonesia.
Baca Juga
Terbaru, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat melaporkan bahwa ada lima pabrik di wilayah Jawa Barat menghentikan produksinya dan merumahkan ribuan karyawan.
Kelima perusahaan yang tutup yaitu, PT Sanken Indonesia, PT Yamaha Music Product Asia, dan PT Tokai Kagu yang berlokasi di Kabupaten Bekasi. Kemudian, PT Danbi Internasional di Garut dan PT Bapintri di Kota Cimahi.
Tutupnya kelima pabrik ini membuat setidaknya 3.200 karyawan dirumahkan atau terkena PHK. Perinciannya PT Sanken Indonesia 459 orang, PT Yamaha Music Product Asia 200 orang, PT Tokai Kagu 195 orang. Sementara itu, PT Danbi internasional Garut sebanyak 2.079 orang dan PT Bapintri 267 orang.
Kepala Bidang Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat Firman Desa mengatakan, tutupnya kelima pabrik tersebut disebabkan oleh berbagai macam faktor, mulai dari dampak ekonomi global hingga pandemi Covid-19.
"Kalau Bapintri memang selalu mengalami kerugian pada saat pandemi dan puncaknya sekarang mereka tutup. Kemudian, untuk Danbi mereka dipailitkan oleh salah satu vendornya," ujar Firman.
Berikut daftar pabrik hengkang dari RI tahun ini
1. Pabrik Alat Listrik Sanken
Pabrikan peralatan listrik asal Jepang PT Sanken Indonesia resmi akan menutup fasilitas produksinya yang berlokasi di Cikarang pada Juni 2025 mendatang. Hal ini dikarenakan peralihan bisnis dari induk usahanya ke lini usaha semikonduktor.
Ratusan buruh atau pekerja PT Sanken Indonesia terancam kehilangan pekerjaan lantaran rencana penutupan pabrik di Cikarang yang akan dilakukan pada Juni 2025.
Ketua Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) PT Sanken Indonesia Dedy Supriyanto mengatakan, setidaknya terdapat 457 buruh yang akan terdampak dari penutupan pabrik tersebut.
“Saat ini ada pekerja 457 orang. Hari ini masih produksi seperti biasa, memang sudah dilakukan efisiensi dari beberapa tahun lalu,” kata Dedy kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
2. Pabrik Alat Musik Yamaha
Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Riden Hatam Aziz mengatakan, dua pabrikan alat musik Yamaha akan menutup fasilitas produksinya secara bertahap.
“Saat ini sedang negosiasi [manajemen dan buruh]. Kedua-duanya pabrik divisi piano karena order menurun diputuskan di produksi di China dan Jepang,” kata Riden kepada Bisnis, Kamis (27/2/2025).
Adapun, pabrik pertama yang akan tutup yaitu PT Yamaha Music Product Asia MM 2100 di Bekasi pada akhir Maret 2025. Jumlah tenaga kerja yang ada dan berpotensi terkena PHK yaitu sebanyak 400 orang.
Pabrik kedua yaitu PT Yamaha Indonesia di Kawasan Pulo Gadung dengan jumlah karyawan sebanyak 700 orang. Fasilitas produksi alat musik ini memiliki tenaga kerja kurang lebih 700 orang.
3. Pabrik Cat Asian Paints
Dilaporkan Reuters, produsen cat asal India dikabarkan akan menjual bisnisnya di Indonesia ke Omega Property Investments Australia seharga US$5,6 juta) dengan alasan tantangan pertumbuhan 9 tahun setelah memasuki pasar.
Produsen cat tersebut mengatakan bahwa awal tahun lalu pihaknya mengejar pertumbuhan di Indonesia yang sulit karena profitabilitas dan pengendalian biaya berada di bawah tekanan.
"Terlepas dari berbagai langkah strategis yang dilakukan selama 9 tahun terakhir untuk memperluas operasinya di Indonesia, operasi di Indonesia tetap sub-skala dan tidak penting untuk operasi internasional secara keseluruhan," kata manajemen Asian Paints.
Asian Paints saat ini beroperasi di 15 negara, dan mendapatkan 9% dari pendapatannya dari bisnis internasionalnya. Ini mengumpulkan sebagian besar pendapatannya dari pasar India, di mana itu adalah pemimpin pasar. Bisnis catnya di Indonesia hanya menyumbang 0,24% untuk topline konsolidasi perusahaan.
Asosiasi Produsen Cat Indonesia (APCI) membenarkan kabar hengkangnya pabrik cat asal India yaitu Asian Paints dari Indonesia. Hal ini dikarenakan kerugian yang telah menghantam perusahaan dalam 10 tahun terakhir.
Ketua Umum APCI Kris Rianto Adidarma mengatakan, perusahaan tersebut telah berencana menjual bisnisnya di Indonesia ke perusahaan asing. Dalam informasi yang diterimanya yaitu perusahaan asal Singapura.
“Ya, Asian Paint akan hengkang dari Indonesia dan menjual bisnis cat di Indonesianya ke perusahaan Singapura,” kata Kris kepada Bisnis, Selasa (4/3/2025).