Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Singgung Produksi Baterai EV, Airlangga: Dunia Perlu Indonesia!

Menurut Airlangga, kita harus meyakini bahwa tidak akan ada baterai kendaraan listrik tanpa sumber daya dari Indonesia.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pemaparan saat acara Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa (10/12/2024). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pemaparan saat acara Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa (10/12/2024). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meyakini peran Indonesia sangat besar dalam perkembangan ekosistem kendaraan listrik dunia.

Airlangga menjelaskan Indonesia punya keunggulan kompetitif untuk kembangkan kendaraan listrik karena kepemilikan cadangan nikel dunia. Nikel, sambungnya, adalah salah satu bahan baku utama pembuatan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Dia tidak menampik bahwa baterai EV juga bisa diproduksi berbasis lithium. Oleh sebab itu, Airlangga mengungkapkan Indonesia juga mengimpor lithium dari Australia dan Republik Demokratik Kongo.

"Jadi pada dasarnya, kita harus yakin bahwa tidak akan ada baterai [mobil listrik] tanpa sumber daya Indonesia. Jadi dunia membutuhkan Indonesia," jelasnya dalam Indonesia Economic Summit di Jakarta Pusat, Selasa (18/2/2025).

Dia menjelaskan Indonesia sudah membangun pabrik baterai EV di kawasan industri Morowali dan Kawasan Industri Weda Bay. Bahkan, Airlangga menjelaskan Indonesia juga memproduksi anoda—salah satu sisi baterai EV—menggunakan karbon hitam.

Politisi Partai Golkar itu mengklaim Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar anoda di dunia. Menurutnya, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal memproduksi anoda dengan kapasitas sekitar 80.000 ton per tahun dan akan ditingkatkan menjadi 160.000 ton pada akhir tahun ini.

Dia tidak menampik bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump sudah memutuskan akan menarik diri dari investasi ekonomi hijau termasuk kendaraan listrik. Kendati demikian, dia yakin peluang bisnis kendaraan listrik masih sangat besar.

"Saya telah bertemu dengan IMF dan Bank Dunia. Mereka masih berkomitmen untuk melakukan ini [transisi energi, termasuk investasi di kendaraan listrik]," jelas Airlangga.

Sebelumnya, Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengungkapkan China secara agresif ingin menjadikan Indonesia sebagai basis produksi baterai EV.

Menurutnya, hal itu tak lepas dari perang dagang yang terjadi antara China dengan Amerika Serikat (AS). Presiden AS Donald Trump sendiri telah menaikkan tarif impor dari Negeri Tirai Bambu.

Toto menjelaskan, kenaikan tarif itu membuat China memutar otak. Oleh karena itu, China melihat Indonesia sebagai peluang untuk basis produksi baterai. Pasalnya, jika ekspor dilakukan dari Indonesia, tarif impor yang dikenakan Negeri Paman Sam bisa lebih murah.

Oleh karena itu, Toto mengingatkan pemerintah untuk mendukung iklim investasi hilirisasi bahan baku baterai EV di Tanah Air.

"Ini keunggulan yang kita dapatkan kalau kita menjadikan basis baterai produksi, bukan hanya untuk [pasar] Indonesia, tapi juga kebutuhan untuk global, termasuk untuk AS," ucap Toto dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Senin (17/2/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper