Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menyebut bahwa mayoritas kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia menggunakan baterai berbasis besi atau lithium ferro phosphate (LFP).
Menurut Toto, realitas tersebut menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, Indonesia tengah mengembangkan industri baterai EV berbasis nickel mangan cobalt (NMC).
"Peningkatan mobil di Indonesia listrik sangat signifikan, hampir 40.000 terjual di tahun 2024. Namun, memang hampir 90%-nya yang berbasis LFP," ucap Toto dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Senin (17/2/2025).
Oleh karena itu, Toto mengingatkan pemerintah untuk memberikan dukungan agar penggunaan EV berbasis baterai nikel meningkat di Tanah Air. Dia ingin pemerintah bisa memprioritaskan penggunaan EV hanya untuk yang berbasis NMC.
Menurutnya, hal ini menjadi keniscayaan guna mendukung industri baterai EV berbasis NMC di Indonesia. Apalagi, RI merupakan negara dengan sumber daya nikel terbesar di dunia.
"Bagaimana secara regulasi kita bisa memberikan prioritas untuk baterai-baterai yang sifatnya dari nikel yang di Indonesia memiliki resource-nya langsung," ungkap Toto.
Baca Juga
Isu mengenai penggunaan baterai EV berbasis LFP pernah ramai pada kontestasi Pilpres awal 2024 lalu. Saat itu, Thomas Trikasih Lembong, Co-Captain Tim Pemenangan Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), sering menggaungkan wacana nikel yang tidak lagi digunakan sebagai bahan baku kendaraan listrik di dunia.
Lembong juga acap kali menyinggung soal tren penurunan harga nikel dunia dan migrasi pabrikan mobil listrik ke baterai LFP.
Merespons hal tersebut, Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) saat itu, Luhut Pandjaitan, mengungkapkan pun pemerintah ikut mendorong kerja sama pengembangan baterai berbasis besi atau LFP bersama dengan pabrikan China.
Menurut Luhut, Tom Lembong salah kaprah soal strategi hilirisasi nikel menjadi baterai yang saat ini dikerjakan pemerintah.
“Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan Tiongkok dan lithium baterai kita kembangkan dengan Tiongkok dan lain-lain,” kata Luhut lewat keterangan video dikutip Kamis (25/1/2024).
Luhut mengatakan, fokus baterai yang dikembangkan Indonesia NMC lantaran sudah bisa didaur ulang atau masuk ke tahap recyle. Sementara itu, baterai berbasis besi atau LFP belum mampu didaur ulang.
“Tapi ingat lithium baterai bisa didaur ulang, tapi LFP tidak bisa didaur ulang sampai hari ini,” ujarnya.