“Meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, ekonomi Tiongkok yang melambat, dan potensi kebijakan proteksionis yang lebih ketat di bawah Trump dapat mengganggu ekspor,” kata Arief dalam laporannya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Mohammad Faisal menyoroti penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal menjadi pertanda lesunya permintaan terhadap industri manufaktur nasional.
Menurutnya, kondisi itu perlu diwaspadai, apalagi kondisi ekspor nonmigas pada Januari 2025 juga mengalami kontraksi.
“Ini yang perlu diwaspadai adalah memang karena perlambatan konsumsi domestik yang akan memengaruhi permintaan terhadap produk-produk industri manufaktur ini bisa berpengaruh terhadap berkurangnya kebutuhan impor bahan baku/penolong,” katanya kepada Bisnis.
Saat ini, Faisal melihat impor bahan baku/penolong turun lebih tajam ketimbang ekspor. Tak hanya itu, impor barang modal juga mengalami penurunan signifikan 15,19% MtM atau lebih rendah daripada bulan sebelumnya US$3,91 miliar.