Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang dengan AS, China Ingin Jadikan RI Basis Penjualan Baterai EV

China secara agresif ingin menjadikan Indonesia sebagai basis produksi baterai kendaraan listrik (EV) untuk menghadapi perang dagang dengan AS
Ilustrasi kendaraan listrik. /Freepik
Ilustrasi kendaraan listrik. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengungkapkan China secara agresif ingin menjadikan Indonesia sebagai basis produksi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Menurutnya, hal itu tak lepas dari perang dagang yang terjadi antara China dengan Amerika Serikat (AS). Presiden AS Donald Trump sendiri telah menaikkan tarif impor dari Negeri Tirai Bambu.

Toto menjelaskan, kenaikan tarif itu membuat China memutar otak. Oleh karena itu, China melihat Indonesia sebagai peluang untuk basis produksi baterai. Pasalnya, jika ekspor dilakukan dari Indonesia, tarif impor yang dikenakan Negeri Paman Sam bisa lebih murah.

"Sekarang China sangat agresif untuk bisa masuk ke Indonesia untuk menjadikan basis kita, untuk memberikan solusi baterai EV ke AS," kata Toto dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Senin (17/2/2025).

Oleh karena itu, Toto mengingatkan pemerintah untuk mendukung iklim investasi hilirisasi bahan baku baterai EV di Tanah Air.

"Ini keunggulan yang kita dapatkan kalau kita menjadikan basis baterai produksi, bukan hanya untuk [pasar] Indonesia, tapi juga kebutuhan untuk global, termasuk untuk AS," ucap Toto.

Presiden AS Donald Trump sebelumnya resmi menerapkan bea masuk atau tarif impor sebesar 25% terhadap Kanada dan Meksiko serta kenaikan tarif impor 10% terhadap China dalam perang dagang. 

Kebijakan ini merupakan awal dari serangkaian tindakan yang dijanjikan Trump untuk menargetkan mitra dagang utama Amerika Serikat, baik sekutu maupun rival. Tarif baru ini akan berlaku di atas bea masuk yang sudah ada sebelumnya. 

Adapun, tarif impor komponen baterai (non-lithium ion) dari China ke AS sebelumnya adalah sebesar 25%. Tarif serupa juga berlaku untuk baterai lithium-ion (untuk kendaraan listrik). Sementara itu, tarif impor untuk kendaraan listrik dari China mencapai 100%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper